Mohon tunggu...
Dini Wikartaatmadja
Dini Wikartaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

Pustakawan, Penulis, Violist

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat dan Istananya di Mega Kuningan

17 September 2014   23:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:24 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah beliau menceritakan kisah tentang leluhur juga keluarganya saat ini yang notabene kebanyakan adalah dokter juga pengusaha yang sukses di dalam dan luar negeri.  Sampai kemudian, beliau bertanya tentang saya dan keluarga saya. Sama seperti beliau sayapun bercerita. Beliau mendengarkan dengan baik sekali sambil sesekali mengangguk-anggukan kepala tanda simpati saat cerita masuk pada kepergian Ibu saya.

Dalam sekejap, saya merasa dekat [apa SKSD aja ya?haha]. Mungkin karena sudah saling berbagi kisah juga punya kesamaan yang banyak. Selanjutnya, pembicaraan lebih kepada wejangan yang beliau berikan pada saya. Seperti seorang kakek yang meberikan nasehat untuk cucu-nya. [ngomong-ngomong usia beliau ternyata 72 tahun!12 tahun lebih muda dari kelihatannya]

Berikut adalah nasehat beliau kepada saya yang telah saya rangkumkan, “ Dini jadilah anak muda yang sedari awal sudah punya cita-cita membesarkan bangsa. Jangan memikirkan harta dan jabatan. Itu semua hanya semu!Memang enak memiliki segalanya. Rumah besar, kendaraan, uang banyak, jalan-jalan ke luar negeri, tapi itu semua tidak ada artinya jika kamu tidak berbuat apa-apa untuk negeri kamu, bangsamu, tempat kamu tinggal dan bertumbuh. Jadilah anak muda yang percaya diri dan rendah hati namun tidak rendah diri. Sehingga kamu bisa bermanfaat untuk sesama. Lakukan semua hal dengan hati dan cinta. Maka dunia akan datang padamu dan berlutut di bawah kaki-mu. Perlakukanlah orang sama sepertimu, jangan merasa pintar atau merasa tinggi. Semua orang adalah pintar di bidangnya masing-masing. Seperti kamu yang pintar di bidang perpustakaan, mbak yang tadi menyajikan minum pintar dalam membersihkan rumah, atau seperti ojek yang mengantarmu tadi pintar dalam mengendarai motornya. Jadilah anak muda yang punya cita-cita hidup abadi dengan prestasi dan terus berbagi”.

Mendengar nasehatnya ini, merindinglah saya dari kepala hingga kaki sampai ke hati. Pasalnya, saya seperti mendengar Tuhan yang berbicara melalui malaikatnya.

“Malaikatkah beliau”, imajinasiku!.

Saya yang mendapatkan wejangan luar biasa tadi hanya bisa menggangguk-anggukan kepala sambil berkata, “Ya Pak, Siap Pak, Baik Pak, Oke Pak, Laksanakan Pak! Dengan sesekali diselingi puja puji pada Tuhan sebagai rasa syukur sebab telah mempertemukan saya dengan beliau.

“Dalam hidup ini tentu tidak ada kebetulan bukan?setiap pertemuan juga peristiwa, pasti adalah kehendak Tuhan,”ucap batin saya. Dalam setiap pertemuan kita akan mendapatkan pelajaran atau mengajarkan! Luar biasa.

Dalam percakapan terakhir barulah terungkap bahwa beliau adalah seorang pensiunan dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Eksekutif dari Perusahaan Otomotif terkemuka sekaligus sebagai pengusaha. Dan katanya, semua hal baik yang dia lakukan saat ini adalah berkat contoh dan teladan sahabatnya, Pak Habibie!

Mendengar mantan Presiden ketiga Indonesia ini disebut makin melelehlah saya. Sebab sejak dulu Pak Habibie adalah salah satu idola saya. Dalam hati saya hanya bisa mengucap syukur atas semua nikmat yang Tuhan berikan pada saya hingga saat ini.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB tapi tukang ojek yang tetiba jadi langganan belum juga menjemput. Untuk menunggu jemputan tersebut, Pak GR mengajak saya  berkeliling kebunnya.”Saya serasa di syurga, Pak, indah sekali”, ucap saya spontan kepada pria yang punya hobi bermain golf dan tenis.

Dulu saya sering mendengar, “muda senang-senang, tua kaya raya dan mati masuk syurga”. Saya tidak percaya dengan pepatah ini. Namun, melihat beliau, saya merasa pepatah ini memang ada dan memang diciptakan karena adanya orang-orang seperti beliau!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun