Setelah sepekan, ini adalah hari pertama aku memberanikan diri keluar dari kandang. Sepekan mendekam, menghindari ruwetnya kota akibat demo. Keluar dari Workshop Unhas –daerah kos mahasiswa- seperti seorang narapidana yang rindu dunia. Jalanan masih basah oleh sisa-sisa hujan senja kemarin. Sisa pembakaran ban, peluru-peluru batu para demonstran pun masih menghias kota daeng. Sabtu 31 maret 2012, tercatat sebagai moment “earth hour” atau kita kenal dengan hari Bumi, dan yang terpenting bagiku adalah kompasiana blogshop N5M yang di dukung oleh Islamic Banking Bank Indonesia. maka, jika pun hujan, demo dan macet, tetap tidak menjadi alasan untuk absen.
Kawan, tentang makassar, yang aku tahu ia adalah kota antusias. Bukti? Demonstrasi anti naiknya harga BBM sepekan ini. Kurang? baiklah, pada ajang Blogshop N5M, tercatat kurang lebih seratus lima puluh peserta yang hadir, antusias bukan? Hemp, walaupun antusias itu belum cukup untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, namun aku rasa ia cukup untuk sebuah langkah awal.
Bermodal antusias, di sinilah aku –blogshop N5M, tercekat saat menjabat hangat para kompasioner. Sebuah energy baru menjalariku. Mereka jelas berbeda denganku, selain umur tentu saja, aku tahu bahwa mereka adalah kompasioner sejati. Maka, aku bocorkan bahwa status kompasioner baru melekat padaku 13 hari terhitung hari ini. Tapi jangan salah, aku punya smangat yang prima untuk “be come a kompasioner” bahkan menjadi seorang penulis buku. Memilih duduk bersama sesama “anak-anak” baru kompasiana, kami mulai rebut, membincangkan mengapa bisa berada di Blogshop N5M, menertawai akun kami yang ternyata tidak ada postingan dan teman, bahkan kami kebingungan bagaimana caranya berteman, haha bodoh sekali. Untungnya kami menemukan Mbak Dyah Restyanti yang walaupun baru kenal, mbak Dyah suka rela bicara banyak tentang kompasiana. Dibawah bimbingannya kami mulai SSB - senter senter bella- alias pantau-pantau jauh para kompasioner “tua”, lantas berdecak-decak kagum, walau sebenarnya masih bingung mengagumi apanya. Haha
Sebagai pemula, ilmu menulis adalah kebutuhan number wahid untuk saat ini atau seperti orang yang berjalan di tengah gurun namun tak memiliki persediaan air. Alhamdulillah dahaga itu akhirnya diobati oleh Pak Iskandar Zulkarnain yang akhirnya aku tahu beliau terkenal dengan nama iskandarjet. Materi pertama dengan tema “bukan menulis apa adanya”. Apa yang membuat tulisan kita tak hanya sekedar apa adanya? Jawabannya adalah kreatif. Pak Iskandar dengan kerennya memaparkan seperti apa itu kreatif. “jadilah berbeda” kata belau. Kreatif ibaratnya jika ada sebuah box maka kreatif itu muncul-tertumpah dari dalam box itu, inner ekspresion. Pembukaan yang super sekali karena telah menjawab bagaimana agar tulisan kita di baca dan berkesan bagi orang. Benar-benar tidak ada ruginya berada di sini.
[caption id="" align="alignnone" width="311" caption="Pak Iskandarjet dengan "][/caption]
game pisang ala MC ^_^
Tak kalah seru, kang Pepih hadir membawa materi tentang teknik-teknik menulis. Bodohnya, aku baru mengenal lebih tepatnya mendengar nama ini. Bertanya-tanya “dia-kah” yang kurang terkenal atau aku –kah yang begitu tidak berwawasan? Maklum, aku hanyalah pembaca novel, narsis-narsisan di blog dan penulis amatir di sebuah bulletin remaja. Kang Pepih memperkenalkan gaya penulisan ala Sidney Sheldon, Ahmad Tohari, Pramudia Ananta Toer, Seno Gumira Ajidarma, Hingga Utuy Tatang Sontani, penulis yang karyanya mencerminkan tingkat sastra yang memukau, sastra tingkat tinggi. Aku berkesimpulan, jika kamu ingin menulis, maka membaca, menulis, menulis dan menulis. Maksudnya, ilmui, berlatih, berlatih dan berlatih.
Setelah ishoma –istirahat sholat makan- kini giliran pembicara yang paling aku kenal. Penulis Novel inspratif, Ustadz A. Fuadi. Beliau membuka dengan sebuah suntikan semangat lewat video keliling dunianya, sebagai seorang pemimpi, menyimak video tersebut aku hanya bergumam lirih “aamiin”. Setinggi apapun impian itu, sungguh Allah maha Mendengar. Yang mesti kita lakukan adalah berdo’a, berusaha, dan bersabar. Man jadda wajada, siapa yang bersungguh sungguh akan mendapatkannya.
Dalam materinya ustazd A. Fuadi memberikan lima pertanyaan untuk menjadi penulis; why, what, how, dan when. Sebagai pondasi yakni, why?. Mengapa kita menulis? Pertanyaan ini adalah letak niat kita. Al-Bukhori meriwayatkan sebuah kalimat Rosulullah shallalahu’alaihi wasallam “sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling banyak kebermanfaatannya bagi orang lain”.Menggaris bawahi hadits tersebut, maka untukku menulis adalah misi hidup. Menebar kebaikan dengan menulis, sebab tulisan itu ibarat peluru, bahkan lebih dahsyat dari itu. Selanjutnya, what. Apa yang mesti kita tulis? Jawabannya ya, apa saja. Semua yang tertangkap oleh inderamu, oleh hatimu, apa yang familiar buat kita. Menulislah saja. Pertanyaan ke tiga adalah how: bagaimana menulis? Pada sesi ini Ustadz menampilkan buku catatannya sejak pertama kali menorehkan penanya yang bertuliskan mantra “man jadda wajada” pada hari pertama di pesantren Gontor, juga foto-foto masa lalu, tak ketinggalan diary dan dokumen surat untuk Amaknya. Pesan yang diberi yakni ambillah referensi, jika ingin menulis yang berkaitan dengan masa lalu maka carilah hal-hal yang bisa membawamu merasakan masa-masa itu. Masya Allah, barokallahufiik!
Pertanyaan terakhir; when, kapan nulisnya? Kalo bukan sekarang kapan lagi, sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Kalo hari ini nulis selembar per hari maka jika konsisten insyaAllah pada tanggal yang sama sejak kita mulai menulis di lembar pertama, kita akan mengumpulkan 365 lembar, cukup tebal untuk sebuah buku. Masih berat? Beliau menawarkan setengah halaman, jika masih berat, tak mengapa walau hanya seper empat halaman saja. Kebangetan deh kalau masih merasa berat. Ingat, manjadda wajada!
Ada kalimat yang menurutku merangkum semua materi, “menulislah dari hati, maka ia akan sampai ke hati pula”. Kawan, sesungguhnya antusiasme kita, pengetahuan, dan semangat mestilah diolah dan disampaikan dengan hati agar pesan dan nilai yang ingin kita sampaikan juga kan sampai ke hati, dan catat ini tak hanya berlaku dalam hal tulis menulis tetapi juga dalam segala hal, pun itu hanyalah sebuah senyuman.
Nah, walaupun tidak mendapat Samsung galaxy, tiket gratis nonton N5M hehe tetapi aku tetap mendapat hadiah luar biasa. Blogshop N5M menghadiahkanku orang-orang baru, sebut saja, kanda Dyah Restyanti, Al-Fatih, Uswah, Karisma, Athifah, dan Kanda Diena Rifaah dengan bukunya “jeda sejenak”. Bertemu dengan group Ibu-ibu doyan Nulis, wahhhh Blogshop N5M mantap mentong! –super sekali-
Terakhir, aku berterima kasih, syukran jazakumullah khoir (semoga Allah membalas dengan yang lebih baik) kepada Kompasiana, IB (ai-bi), Pak Iskandar, Kang Pepih, Ustadz A. Fuadi, MC, dan seluruh yang hadir. Khusus para blogger Makassar, ingat ya PR kita , jadilah penulis bermutu yang lahir dari kota Daeng. Man jadda wajada, ewako Makassar!
kompasioners Makassar: sumber blog of friendship
Kanda Rifa'ah's book
Jeda sejenak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H