Menulis dan menjadi seorang penulis itu sebenarnya amat mudah untuk dilakukan, karena kita hanya perlu memiliki ide, kemudian beberapa perlengkapan alat tulis serta tekad dan semangat yang kuat. Namun, nyatanya tidaklah demikian, tak sedikit yang mengeluh jika kegiatan menulis itu sulit, padahal menulis adalah kegiatan yang tak pernah lepas dari kehidupan kita bahkan setiap harinya. Benar bukan?
Tentunya, setiap orang seharusnya bisa menuangkan ide pikirannya melalui tulisan karena setiap orang pasti memiiliki cerita untuk dituliskan. Sehingga jika mulai merasa menulis itu susah, berikut ini ada beberapa hal yang bisa dijadikan alasan untuk memulai dan mencintai kegiatan tersebut.
1. Menulis karena menyukainya
“If you love doing something you don’t look at the clock.” –Sidney Sheldon
Ini adalah alasan yang paling sederhana untuk mulai menulis. Menulislah dengan perasaan bahagia lalu ketika tulisan itu dibaca banyak orang kemudian membawa manfaat tentu rasanya senang bukan kepalang.
2. Memperluas jaringan pertemanan.
“Temanmu adalah cerminan dirimu.” –Anonim
Menulis tak hanya sekadar hobi, bisa juga menjadi media memperluas pertemanan. Rasanya sangat menyenangkan ketika membayangkan bertemu dengan teman-teman yang memiliki ketertarikan yang sama. Duduk melingkari meja, berkumpul merumuskan ide-ide menarik sembari bercanda dan tertawa, dan bukan tidak mungkin kita bisa memperluas pertemanan hingga ke seluruh dunia.
3. Aktualisasi diri
“Aku ada dan aku ingin dianggap ada.”
Ada kalanya kita ingin menyalurkan ide dan ingin didengarkan pendapatnya tetapi terhalang karena rasa malu, bingung harus memulai dari mana dan berbagai faktor penghalang lainnya. Menulis bisa menjadi salah satu solusi terbaik. Menulislah dan lahirkan karya tulis yang menjadi wujud nyata dari ide-ide yang kreatif dan bermanfaat.
4. Ingin memberi manfaat
“Jika kau bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah!” –Imam Al-Ghazali
Ada orang yang dikenal karena mencurahkan hartanya untuk kebaikan. Ada juga seorang pendidik yang dikenang sepanjang masa karena ilmu yang disebarluaskan serta para ulama yang dibekali dengan ilmu agama yang benar akan selalu menjadi panutan selama bumi berputar.
Lalu, bagaimana caranya jika ingin dikenang dan menjadi orang yang bermanfaat tetapi tak memiliki apa-apa? Hanya punya sebuah pena sebagai senjata? Maka, ikatlah buah pikiran ke dalam tulisan lalu biarkan waktu yang menduniakan cerita kita.
5. Mengabadikan kenangan
“Beberapa kenangan terlalu berharga sekadar tertanam dalam ingatan.”
Apakah yang tertinggal dari kisah perjalanan hidup yang menyajikan berbagai rasa? Bolehkan jika itu dinamakan sebagai sebuah kenangan? Yang ketika mengingatnya ada senyum, tawa bahkan derai air mata. Tak dipungkiri terkadang kenangan bisa menjadi pedoman layaknya pelajaran bertemakan kehidupan, karena ada banyak nilai berharga terkandung di dalamnya. Ketika kenangan sarat makna tak mampu disampaikan dengan lisan, maka menulislah dengan harapan menjadi penyemangat bagi yang lelah, bisa membantu menampilkan senyuman meski sekilas. Sehingga nanti ketika ingatan memudar, kenangan selalu abadi dalam goresan tinta.
6. Sebagai terapi jiwa yang bisa diandalkan
“Terkadang aku tak butuh pendapat. Aku hanya sekadar mencurahkan rasa.”
Bagi si tertutup menyampaikan rasa secara lisan bukan perkara mudah. Tak jarang keinginan untuk mendapat pencerahan atau sekadar didengarkan justru berbalik menjadi penghakiman. Jika demikian menulis bisa menjadi hal yang paling nyaman ketika ingin meluapkan rasa. Sehingga menulis bisa menjadi salah satu terapi jiwa sederhana yang diandalkan.
Semoga enam hal yang dijabarkan di atas dapat menjadi penyemangat untuk mulai menulis. Pada akhirnya menulis merupakan ‘dunia tanpa suara’ yang bisa menjadi pilihan tepat untuk berkreasi mengungkapkan buah pikiran dan perasaan. Semangat menulis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H