Mohon tunggu...
Erwin Noviawatii
Erwin Noviawatii Mohon Tunggu... -

Ilmu Komunikasi C -Fishum-UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta-sulit memahami karakter orang, harus belajar mengendalikan emosi ketika banyak mendapat tekanan..belajar mulai dr sekarang agar berguna kelak jika berada dmanapun,kpanpun,dan brsama siapapun @2013

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Remehkan Si Penjual Jajanan Tradisional

9 Oktober 2013   18:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:46 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jajanan tradisional tidak hanya sekedar sebagai pengganjal perut, tetapi dibalik kesederhanaanya, ia juga menyimpan keuntungan materi untuk para penjual yang kreatif dan inovatif.

Indonesia bukan hanya kaya akan masalah pemerintahan yang semakin hari semakin tidak karuan, dibalik hancurnya pemerintahan itu Indonesia masih menyimpan berbagai kelebihan dalam hal budaya. Jajanan tradisional tak lepas menjadi salah satu ragam budaya Indonesia yang perlu terus dilestarikan agar tak hilang termakan zaman.

Hari itu saya begitu tertarik dengan sebuah jajanan tradisional yang saya beli disebuah pasar pagi di daerah Sleman, Yogyakarta. Makanan itu sering disebut gethuk Magelang (karena konon asalnya dari daerah Magelang, Jawa Tengah ). Jajanan ini terbuat dari ketela pohon, namun hebatnya, ketela yang dikenal sebagai makanan kampung itu bisa diolah sedemikian kreatifnya hingga menghasilkan jajanan asli Indonesia yang menguntungkan lidah dan materi penjualnya.

Eksistensi gethuk di daerah Yogyakarta memang lumayan peminatnya. Selain harganya yang murah, gethuk Magelang ini juga sangat mengenyangkan. Makan tiga atau empat potong saja, sudah bisa untuk mengganjal perut yang kosong.

(gethuk Magelang dengan berbagai rasa-dok.pribadi)

Gethuk Magelang yang dijual di pasar dekat tempat tinggal saya harganya sangat terjangkau, Rp 250,- per potongnya. Begitu terjangkau bukan? Tak salah jika setiap berjualan, Bu Win ( sapaan akrab penjualnya ) selalu kehabisan dagangan, bahkan jika hari libur tiba, Ia bisa kewalahan meladeni permintaan gethuk para pelanggannya.

Jangan kita remehkan pendapatanya, Bu Win bahkan bisa menyekolahkan anak sulungnya yang kini duduk disemester akhir jurusan Pertambangan ,disebuah Perguruan Tinggi Swasta di daerah Yogyakarta yang kita ketahui tak murah biayanya, anak kedua di sebuah Universitas Negri dan si bungsu masih SMP.Suatu hal yang mustahil mungkin untuk seorang penjual jajanan pasar, namun jika tangan Tuhan sudah meridhoi dan usaha keras telah dilakukan, apa yang tidak mungkin?

Penghasilanya dihari biasa berkisar antara Rp 180.000,- hingga Rp 250.000,- jika di hari libur pendapatanya bisa mencapai 2x lipatnya. Cukup lumayan bukan? Bahkan pendapatanya itu bisa mengalahkan pendapatan suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Kesuksesan yang didapatnya ternyata juga tak mudah, perlu usaha kreatif dan kerja keras yang gigih untuk mewujudkanya. Pembuatan makanan tradisional ini begitu menguras waktu dan tenaga. Setiap harinya Bu Win harus bangun tengah malam untuk mengolah sekitar 20 kg ketela pohon. Setelah ketela itu di kukus dalam sebuah alat kukus besar selama 3 jam , sedikit demi sedikit ketela yang selesai dikukus itu dimasukkan kedalam mesin penggiling dan diberi gula pasir. Perwarna makanan yang aman ditambahkan secukupnya. Setelah melalui tahap penggilingan sekitar 4x, barulah gethuk kenyal itu bisa dibentuk sesuai wadahnya.

Gethuk hadir dalam berbagai variasi rasa dan ragam. Ada rasa gula jawa ( dari gula jawa asli), rasa pandan ( perisa makanan pandan ) dan rasa coklat ( dari coklat bubuk dan cair ). Ragamnya , ada pelangi ( susunan getuk dengan 4 warna ), gula jawa, pandan merah muda, hijau dan coklat bulat.

13813039141009517978
13813039141009517978
(penjual gethuk Magelang dipasar pagi daerah Sleman, Bu Win- dok.pribadi)

Memang menarik, jajanan yang terkesan kampungan ini ternyata bernilai jual tinggi karena olahan kreatifnya. Selainbangga karena menjual jajanan tradisional asli Indonesia, pendapatanya tidak bisa dibilang rendah untuk kalangan penjual jajanan pasar lainya.Yang penting kita kreatif, jujur dan terus berusaha, tak ada yang sia-sia! ” Kata beliau. Bu Win telah membuktikan bahwa para penjual jajanan tradisional ( mungkin bukan hanya gethuk ) tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kesimpulan yang bisa saya dapat adalah, terus berinovasi, kreatif, jujur, ulet dan menghasilkan kualitas produk yang terjaga kualitasnya dengan baik, kunci sukses dalam menggeluti duniausaha. Jangan pernah menyerah pada keadaan, hal yang kita anggap sepele bisa menjadi sesuatu yang luar biasa untuk kehidupan kita. Mari budayakan jajanan tradhisional dan gali potensi materinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun