Mohon tunggu...
Rhyta Sariedova
Rhyta Sariedova Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa PGSD KEBUMEN yang memulai menulis karena "diperkosa". selalu semangat n bersyukur ats semua nikmatNYA.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritis Dulu Baru Kreatif

30 November 2010   04:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anak yang terlahir di dunia ini, tentunya dianugrahi akal, pikiran, dan fisik yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Alloh, menciptakan manusia dengan segala kesempurnaanNya sehingga menjadikan manusia-manusia yang lahir di dunia ini multitalenta. Sering sekali kita jumpai anak-anak yang masih balita begitu cerdasnya menanggapi rangsang yang diberikan oleh orang tuanya... Dari sejak lahir, anak sudah mulai mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut dapat terlihat dari cara anak tersebut mulai belajar berbicara, makan, minum, berjalan, berlari, bermain dengan teman sebayanya dan kemudian belajar di TK, SD dan seterusnya. Hal tersebut menunjukkan adanya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki anak-anak.

Memang tidak mudah untuk mengetahui mana anak yang kritis dan yang kreatif di lingkungan sekitar kita. Ada anak yang energic dan menonjolkan kreatifitasnya tanpa malu-malu, tetapi di sisi lain ada juga anak yang cenderung pendiam dan lebih memilih non-aktif dalam hal mengolah kreatifitasnya. Tapi kita jangan langsung memvonis bahwa anak yang diam itu adalah anak yang tidak kritis dan tidak kreatif. Dari sinilah, kita harus belajar untuk memahami karakter yang unik yang dimiliki anak-anak kita. Tentu saja, tiap anak memiliki caranya sendiri untuk mengembangkan kemampuannya. Sebagai orang tua nantinya, kita harus benar-benar jeli menanggapi kreatifitas anak. Jangan sampai kita "mematikan" daya kreatifitasnya, biarkan anak-anak kita bebas leluasa dengan gayanya sendiri mengolah apa saja yang mereka inginkan. Di samping kita memberikan kebebasan, kita juga sangat perlu memantau anak-anak agar tetap terarah dan kemudian bermanfaat untuk kehidupannya. Dan tidak kalah pentingnya, dukungan secara moral dan material pun dibutuhkan bagi anak-anak untuk memacu pikiran kritis dan kreatifnya.

Dalam proses pembelajaran, sebagai calon pendidik pun harus mengetahui bagaimana cara pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bertujuan dalam dunia pendidikan untuk menjadikan anak menjadi manusia yang kritis, kreatif dan pemecah masalah. Dalam menyusun strategi harus di ciptakan terlebih dahulu apa tujuan guru dalam membelajarkan siswa, serta siswa tidak hanya menjadi subyek saja melainkan obyek dari pembelajaran. Dalam suatu strategi dapat mencakup hal-hal yang kompleks didalamnya. Sedangkan metode merupakan cara yang diterapkan guru untuk menciptakan situasi pengajaran dalam kelas dapat menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran dan proses belajar siswa serta mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang memuaskan. Guru dalam memilih atau menggunakan metode harus memperhatikan kondisi siswa serta dapat menggunakan dan menerima respon dari siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya guru yang satu dengan guru yang lain pun memiliki strategi dan metode yang berbeda-beda untuk memacu anak perpikir kritis, kreatif dan problem solver.

Anak pada usia 5 tahunan perlu mendapatkan rangsangan berpikir konseptual yang memadai dari lingkungannya. Masa anak-anak merupakan masa eksplorasi. Pada masa ini anak sedang mengalami perkembangan kemampuan berpikir yang sangat cepat dan memiliki daya ingat yang bagus. Ia membutuhkan sebanyak mungkin informasi yang ada di lingkungan sekitar agar perkembangan kemampuan berpikirnya semakin cepat. Merangsang anak berpikir konseptual akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian akan di masa depan.

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir konseptual lebih mampu mengenali dan mengelompokkan informasi-informasi, sehingga informasi yang kompleks menjadi lebih sederhana dipahami dan anak cenderung akan tumbuh menjadi orang yang memiliki kemampuan berpikir inovatif. Kematangan konseptual membawa anak kelak mampu berpikir besar. Hal-hal yang di mata orang lain tidak bermakna terkadang sukar dimengerti bagi dia justru mendatangkan ide-ide segar yang kreatif. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah. Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental.

Sebagai guru harus memahami bahwa peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dihasilkan manusia-manusia yang cerdas yang berpikir kritis dan menciptakan kreatifitas yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun