Mohon tunggu...
Cakra Inderasena
Cakra Inderasena Mohon Tunggu... -

warsimi.blogspot.com | seorang mahasiswa sebagai badut | pesan badut ? hihihi 021-94447440

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesta Pernikahan Kok di Tengah Jalan?

18 November 2012   03:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:08 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu ada yang beda saat pulang kuliah, jalan yang biasa saya lalui ditutup karena sedang ada pesta pernikahan, saya memutar lewat jalur lain, kalau jalur alternatif yang saya lalui tak terlalu jauh itu mungkin tak masalah, tapi kalau sebaliknya. jadi nge-bete-in.

Seperti inilah hidup di kota dengan lahan seadanya, banyak yang tak punya halaman rumah, sekalipun punya, tak dapat menegakkan tenda biru, gang-gang sempit. pada akhirnya satu-satunya tempat umum yang bisa digunakan adalah lapangan, sayangnya lapangan kini sudah dibangun jadi perumahan, akhirnya jalanan jadi pilihan lahan murah meriah. tinggal bayar ke beberapa orang yang punya kuasa, besoknya mengadakan pesta. " maaf untuk ketidaknyamanan ini, "jalan ini ditutup sementara". Enak banget ya, tinggal minta maaf jalanan bisa ditutup, memang sih jalur mereka tutup bukan jalur utama, tapi buat orang yang biasa lalu lalang di jalur itu bisa jadi bikin ribet, belum lagi kalau buru-buru, solusinya?

Yang mesti dirubah awalnya adalah paradigma menanggapi sebuah pesta pernikahan, pesta pernikahan bukanlah sebuah transaksi jual beli yang mengharapkan keuntungan, ada yang menganggap tamu sebagai pembeli, padahal bukan itu tujuan dari sebuah pesta pernikahan, seseorang mengadakan pesta karena ia memiliki sebuah kebahagiaan yang ia ingin berikan pada orang lain, bukan mengharapkan imbalan, tapi mengharapkan kedatangan, karenanya seorang yang menghutang untuk mengadakan sebuah pesta pernikahan yang glamor sebetulnya bukanlah sedang berpesta, tapi sedang menebar gengsi walaupun menggunakan hak para pengguna jalan jika ia pesta di tengah jalan,  mestinya paradigma pernikahan adalah pesta berkumpulnya sanak kerabat untuk berbahagia bersama bukan terkumpulnya materi dari banyaknya amplop yang datang. ironis jika kita berbahagia di atas kegundahan para pengguna jalan sekalipun mereka memakluminya.

Sebetulnya budaya tionghoa bisa dijadikan alternatif pemecah masalah ini, banyak mereka meyewa gedung untuk melakukan pesta jika punya rezeki lebih, atau rumah kawin jika rejeki sedang sederhana. rumah kawin atau gedung pesta saat ini bisa jadi investasi jangka panjang selain kontrakan yang semakin menjamur, alngkah indahnya dalam satu desa terdapat beberapa rumah kawin atau gedung pertemuan dengan harga bersahabat.

kalau jadi nyata :(, saya tak perlu putar arah lagi saat pulang kuliah gara-gara jalan diblokir :)

mampir ya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun