Mohon tunggu...
Cakra Inderasena
Cakra Inderasena Mohon Tunggu... -

warsimi.blogspot.com | seorang mahasiswa sebagai badut | pesan badut ? hihihi 021-94447440

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menyusuri Tepian Cisadane di Malam Hari

25 Februari 2012   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:45 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit telah menelan lembayung jingga senja hari, satu dua kelalawar terbang melintasiku yang tengah menikmati suasana keremangan jalan. Di pinggir jalan berhias, nama jalan alternatif yang  sepi di tepian sungai cisadane, lalu  menjadi  ramai dan semarak kala pemerintah kota menggelar festival cisadane setiap tahunnya. kini Aku dan motorku tengah melaju pelan di jalan ini, menikmati setiap hempasan angin malam yang menampar-nampar lembut wajahku. dengan suara mesin yang khas , motorku membuka percakapan " kenapa kau memilih jalan ini, bukankah masih ada jalan benteng jaya yang lebih terang dan menarik ?" tanyanya tanpa basa basi. " Nanti kita ke sana " jawabku. " Lagi pula tahu apa kau tentang jalan padahal baru tiga bulan kau di Tangerang!!" lanjutku ketus pada motorku, kulihat ia mengernyit, belum berani menambahi kata-kata. " Jalan ini begitu remang bahkan gelap, memang pemerintah tak mampu bayar listrik?" sela motorku mencoba berkomentar sejadinya. " Haha, lagi lagi kau mengkri

1330148852904287204
1330148852904287204
tik pemerintah, tak usahlah, bayar pajakpun kau belum, lampu merah kau terabas, trotoar kau makan, parkirpun sembarangan, lalu ingin mengkritik pemerintah? tahan dulu celotehanmu". tambahku " Tak apalah aku mengkritik, toh memang benar jalan ini gelap." motorku mencoba membela diri " Takkah kau lihat, pasak beton di pinggiran sungai, taman-taman dengan bangku panjang berpayung pohon rimbun, pagar membentang sepanjang pinggiran sungai agar tak mudah kau terperosok, tidakkah kau lihat?" aku mencoba menjawab sebisaku, motorku hendak membuka mulut, siap menimpali kata-kataku. namun keburu ku tambahi " Lagi pula kau  belum tahu benar tentang gelap, oh ya, wajar kau tak tahu, lampumu kini menyala siang malam, tak biasa dengan gelap seperti ini, alih alih akimu cepat soak dan rusak". "kasar sekali aku pada motorku" aku membatin. " Aku tak biasa dengan gelap, kegelapan tanpa cahaya adalah musuhku, banyak motor yang bernasib naas karena hidup mereka yang tanpa cahaya, tanpa lampu penerang, hanya berselimut kegelapan, sampai akhirnya  mereka tumpas di jalan raya hanya karena tak melihat motor di depannya yang juga tanpa cahaya" gerutu motorku yang semakin melambat menyusuri deratan hitam putih yang memanjang di tepian jalan. sambil mendengarkan keluh motorku, aku melihat arah kiri, terbentang sungai cisadane dengan wibawa airnya yang begitu damai, lembut mengalir, kulihat butiran kerlap-kerlip pantulan lampu mengambang dari jalan benteng jaya di seberang sana.butiran cahaya itu beriak bersama  ted
13301487711340392769
13301487711340392769
uhnya ari di permukaan. sambil memikirkan gelap, aku baru sadar kalau di sepanjang taman tepian sungai ini banyak pasangan muda mudi bercengkrama. " lihatlah ke sana, gelap menurutmu buruk, tapi tidak pada mereka ". ujarku sambil menunjuk lemah ke arah motor yang terparkir tepat di tepian sungai, hanya ada pagar besi yang mengalangi. "kau lihat sepasang muda mudi bercengkrama ria di atas motor?, burukkah gelap dan hitam bagi mereka?". baca lebih jauh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun