Mohon tunggu...
Parikan Edan Suroboyo
Parikan Edan Suroboyo Mohon Tunggu... -

Parikan adalah salah satu kekayaan seni budaya Indonesia, khususnya di masyarakat Jawa. Di Jawa Timur parikan telah menjadi salah satu unsur penting dalam pertunjukan-pertunjukan kesenian, khususnya ludruk.\r\n\r\nDi lingkungan masyarakat umum, parikan berfungsi sebagai media untuk memecah kebekuan dan penyegar dalam proses komunikasi. Selain itu, parikan tidak jarang juga difungsikan sebagai media untuk menyampaikan nasehat, 'pesemon' (kritikan halus), gojlokan, atau humor.\r\n\r\nParikan dalam masyarakat Melayu disebut juga dengan istilah PANTUN. Namun ada sedikit perbedaan antara parikan dan pantun, khususnya pada ruang lingkup. Pantun di masyarakat Melayu lebih berkembang di lingkungan para bangsawan, tokoh masyarakat, dan para pemegang adat, sedangkan parikan lebih berkembang di masyarakat umum, khususnya kalangan bawah alias wong kere.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Pantun Manis Buwat Si Adik"

26 Oktober 2015   01:27 Diperbarui: 26 Oktober 2015   01:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

air tersibak jatuh beruntun,
hingga memercik ke pohon tomat,
kalolah cumak njebroti udun,
ndak usah adik manggil Pak Camat.

sinarnya nglirik di ufuk timur,
terliat semu mantul di genthong,
wahai adik kuingin mencukur,
bulu kelekmu yang sangat mbarong.

Berarak mega di bukit cilik,
saling gantian nutupi mbulan,
abang ndak tega ninggalin adik,
pas kelaparan nyucuki larakan.

bulan mendelik di sela bintang,
hawanya sweger nglonggarno dhodho,
kalolah adik rindukan abang,
cariklah poster gambar Pak Harto.

punyak sayap biru kelabu,
burung hantu dipohon mbako,
aku merayap nglorot katokmu,
ternyata kliru wong bakul mlijo.

banyak ikan di sumur tuwa,
setiap hari tak ambil telu,
Pas kubisikan kalimat cinta,
Teko mburi dikenthes bapakmu.

pohon di sana tampak meranggas,
dicabik-cabik sabetan pedang,
semenjak ilatnya tak kerik emas,
suwara adik seperti genthilang.

buah manggis dikira mangga,
mau diukur direbut budheng,
hati teriris krasa ndak tega,
adik pas tidur diseret wong gendheng.

By.Wahyu Nugroho.PES

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun