Mohon tunggu...
Nurlianti Muzni
Nurlianti Muzni Mohon Tunggu... -

satu dari sekian banyak doa yang ku ucapkan...\r\n"sukses kan lah aku, Tuhan. dalam penggapaian kebahagiaan dunia dan akhirat"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abstraksi Cinta

9 November 2011   14:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti kata orang yang sedang jatuh cinta, “aku bahagia memilikimu”. Seperti itu lah, orang yang sedang tenggelam dalam dawai asmara membara, yang terkadang hanyalah bentuk kebutaan terhadap nafsu. Orang yang bercinta karena nafsu, tak akan lama waktu berdampingan dengan yang dia cintai.

Berbicara mengenai cinta, malam hari ini. Aku meragukan sedikit rasa cinta yang aku miliki. Bukan tanpa alasan, atau dengan seketika aku tak percaya cinta. Beberapa proses yang ku pandang pada sekeliling yang tak menyejukkan, membuat ku bertanya soal cinta hari ini.

Ada seorang mahasiswa yang begitu Bangga dan dengan suara lantang memperkenalkan identikas Background nya sebagai salah satu anggota Organisasi. “Saya Anggota Organisasi ini!!”. Di depan ratusan mahasiswa yang masih polos dan sedikit mengetahui tentang realita yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa yang penuh dengan dinamika. Seketika aku merinding saat ia meneriakkan kata-kat itu. tanpa pengeras suara, namun terdengar hingga pintu akhir ruangan. semua yang mendengar mungkin akan terkesima pada sosok pemuda ini, hingga berasumsi, begitu bangga nya ia menyandang status sebagai anggota di organisasi itu.

Dilain waktu, aku melihatnya di pinggir lapangan Voly. Bukan sebagai pemain inti maupun pemain cadangan. Tas masih ia sandang bersebelah dengan seorang temannya yang juga satu organisasi. aku berkerut, dan terkejut. Ku diam sejenak. Dan ternyata tak tertahan. Pertanyaan sengaja menyindir ku sampai kan kepada mereka, yang jelas tak menghadiri rapat yang telah di agendakan, untuk kegiatan organisasi mereka sendiri. “tidak datang rapat, kak?”. Tanpa berniat menunggu jawaban, aku pergi meninggalkan dua sosok pemuda yang jika di depan “yang lain” tampak begitu gagah, dan bangga akan segala status yang di sandang.

Aku fikir, ketidak hadiran mereka pada sekian banyak rapat adalah Karena suatu hal yang tak bisa di tunda. Ternyata aku mendapatkan realita yang salah, yang langsung membentuk sebuah opini ku terhadap mereka. Memang aku salah, hanya melihat mereka pada kondisi yang demikian. Karena belum tentu pada kondisi lain. Tetapi itu lah real nya. Aku mempertanyakan mengenai Cinta, dan Pengorbanan dari hal yang mereka lakukan.

Hal lain yang membuat ku bertanya tentang cinta. Hah! Sekali lagi aku menarik nafas terlebih dahulu sebelum mengatakan Cinta. Ketika seorang sahabat dekat ku bercerita tentang sekian banyak kekecewaan nya kepada ku. Bahkan sangat banyak fikir ku. Ia memang seorang pencerita yang baik. Yang mungkin berbeda dengan ku yang sulit untuk memulai cerita, apa lagi bercerita.

Sekian banyak kekecewaan yang ia rasakan selama berproses dalam berbagai organisasi yang ia masuki. Ia suka sastra dan seni, dan ia juga suka berpuisi, karenanya inderanya untuk merasai dan menelaah suatu peristiwa lebih peka, fikirku.

Dari beberapa yang ia ceritakan, aku dapat menyimpulkan sedikit berdasarkan persepsi yang boleh aku deskripsikan. Pengorbanan. Dengan apakah semuanya dapat terbayarkan. Dengan cinta yang di damba pun tak mampu. Karena cinta semuanya semu. Hingga pengorbanan kembali pada kedalaman hati yang hanya mampu berserah diri. IKHLAS. Mungkin satu hal itu yang harus menjadi pegangan.

Aku tak berani terlalu dalam mengambil kesimpulannya. Cukup dengan ‘Pengorbanannya, akankah berakhir Permasalahan?!’. Karena tidak semua orang yang sama bergabung dengannya menyetujui pola fikir, yang menyatakan bahwa Cinta, tidak dapat di ukur dengan tangisan. Heh. Tangisan yang terkadang menipu. Dan ia langsung di sanggah sebagai orang yang ‘sok tahu’.

Contoh terakhir yang bisa menjadi bahan referensi ku tentang cinta. Tadi, aku melihat seorang ibu, tetangga ku sendiri sedang memukuli anak nya yang kira-kira berusia 8 tahun. Sudah berteriak-teriak sedemikian keras anak nya, namun tepisan-tepisan pukulan masih terdengar olehku yang tak sengaja melewati depan rumahnya. ‘aku dulu juga begitu’, fikirku. Yang setiap hari hampir di berikan pukulan, cubitan, bahkan lecutan. Dan yang terfikirkan oleh ku saat masih kecil dulu adalah “Ibuku Jahat! Ibu tak sayang, tak Cinta Pada ku! Lebih baik aku tak tinggal dengan ibu!”. Aku ingat pernah mengucapkan kata-kata itu yang terkadang secara terpisah aku ucapkan. Jelas, menyatakannya dalam hati. karena aku tak mampu membantah sedikit pun, dan hanya dapat menunjukkan ekspresi kesedihan ku dengan menangis tersedu-sedu. Apakah hal sama juga terfikirkan oleh anak itu?

Aku mempertanyakan cinta pada hal yang ku dengar tentang pertengkaran ibu anak itu. apakahsaat marah, dan emosi yang keluar, tak ada cinta yang dicurahkan. Karena ukuran ku, cinta terberikan lewat aliran-aliran yang mengisyaratkan sebuah nilai kepada anaknya. Memukul, memaki, dan hal lainnya, bukan lah bentuk cinta bagiku, jika itu hanyalah pelampiasan amarah. Bukan penumpahan kasih sayang. Namun, ibu dan anak itu terkadang terlihat harmonis, dan hanya mereka dan Tuhan yang tahu tentang cinta mereka.

Sejalan dengan mengalirnya tulisan ini, begitu beragam rasa cina itu. sehingga hukum relatifitas berhubungan pada hal cinta ini. Tak ada satu pun yang dapat keras menyatakan bahwa definisi cinta mereka yang paling benar. Tak ada juga orang yang tak mampu mendefinisikan cinta.

Aku pun, pernah dan sering mendefinisikan cinta, versi ku. Dengan berbagai macam perasaan yang di rasakan, ku definisikan cinta dari berbagai sudut pandang yang ku lihat.

Aku ingin terus mendefinisikan cinta, sejalan dengan proses aku memperbaiki hati ini. Begitu busuk hati ini, hingga berbagai macam versi positif negative cinta se kehendaknya ku sampaikan. Ya. Cinta. Malam selarut ini aku membicarakan cinta. Dan aku ingin, ketika nanti aku terlelap dalam waktu yang relative singkat, ketika bangunnya, aku ingin mendapatkan cinta dari semuanya. Dari Mu, Tuhan, Keluarga, Alam, Sahabat, Saudara, Semuanya. Hingga, Visi ku , memperoleh kebahagiaan Dunia Akhirat dapat terwujud.

Terakhir, ingin aku mendeklarasikan satu hal yang sering aku teriakkan (dalam hati) seusai Sholat.

TUHAN, AKU CINTA PADA MU!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun