Mohon tunggu...
nur alfiyah
nur alfiyah Mohon Tunggu... -

masih belajar dan akan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karya Selalu di Depan Mata

19 Oktober 2015   07:39 Diperbarui: 19 Oktober 2015   09:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KARYA: SELALU DI DEPAN MATA

Karya merupakan ciptaan manusia yang memberi nilai atau manfaat bagi penciptanya maupun bagi khalayak. Dalam hal ini karya dapat berupa tulisan, pakaian, alas kaki, kaca mata, komputer , dan lain sebagainya. Berkarya bukan sesuatu yang sulit bagi seseorang yang terbiasa melakukannya. Misal, seorang penjahit yang senantiasa terus bernovasi membuat suatu mode tertentu untuk menarik konsumen. Ia tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mendapatkan inspirasi terkait mode yang  akan ia keluarkan, ia cukup meningkatkan kepekaannya terhadap kebutuhan masyarakat di sekitarnya, terutama pakaian wanita. Jika saat itu kebanyakan masyarakat menyukai mode pakaian gamis, maka diproduksi gamis dengan beragam modifikasi agar lebih bervariasi.

Seorang ahli di bidang teknologi, ia akan terus mengadakan penelitian terkait teknologi modern yang dibutuhkan masyarakat. Kemudian ia membuat teknologi baru untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhannya. Tetapi langkah ahli teknologi tersebut tidak berhenti sampai pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, ia akan terus meningkatkan kapasitas dan fasilitas atau pelayanan yang diberikan kepada masyarakat melalui media teknologi yang ia ciptakan. Tak khayal ia melakukan ini, alasan mendasar dan satu-satunya adalah karena persaingan ketat industri teknologi yang mengglobal saat ini, yang bersaing menawarkan berbagai kemudahan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

Terlepas dari pandangan tentang pentingnya sikap selekstif sebagai konsumen hasil cipta karya tersebut, terutama di bidang tenologi. Satu pelajaran yang patut dicontoh dari kedua contoh di atas, yakni karya merupakan sesuatu yang dekat, tidak perlu ke tempat yang jauh untuk mencetak sebuah karya baru sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Sebuah ide untuk menciptakan karya tertentu tidaklah datang sesuai dengan keinginan pemilik keahlian tertentu. Ide bisa muncul kapan saja, dalam suatu fenomena yang tidak terduga, atau bahkan sewaktu santai. Ide tidak akan hadir dalam suasana yang dipaksa, karena kehadirannya adalah sebagai solusi bukan emosi.  Ide merupakan jawaban dari kepekaan otak dan akal dalam menganalisis segala sesuatu yang ada di sekitar. Oleh karena itu, yang harus ditingkatkan bukanlah ide untuk membuat karya tetapi daya  tanggap terhadap lingkungan. Ide adalah buah manis untuk siapa saja yang memiliki kemauan untuk berpikir. Sedangkan karya adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan idenya dalam bentuk konkrit dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai subyek yang membutuhkan hasil karya tersebut.

Lantas, apakah karya dapat terrealisasi cukup dengan mengembangkan ide? Tentu saja tidak. Banyak orang memiliki ide-ide kreatif tetapi tidak segera menumpahkannya dan merubahnya menjadi sesuatu yang berharga. Ironisnya, jika akhirnya ide-ide itu hanya menjadi sampah di otak. Dapat dibayangkan seadainya seseorang meyimpan beberapa ide dalam otaknya, tentu ia tidak akan maksimal dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini disebabkan otak yang tidak fokus sehingga konsentrasi berkurang. Berbeda seorang pemilik ide merubahnya menjadi sesuatu yang bernilai, maka ia akan berusaha memanage waktu tentang bagaimana ia mengatur tugas dan tanggung jawabnya agar tetap berjalan baik dan ia tetap bisa membuahkan karya-karya fantastis dan disukai masyarakat.

Karya yang fantastis dan disukai masyarakat memang berujung pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil dan bukanlah sesuatu yang harus dipertimbangkan untuk merealisasikannya. Pandangan seperti itu akan menurunkan kapasitas seseorang dalam meraih mimpi dan menyejahterakan orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama orang tua dan keluarga.  Bahkan Rasulullah Muhammad SAW selalu mengajarkan umatnya untuk bekerja keras sebagaimana perilaku berdagang yang beliau ajarkan. Tanpa kondisi materi yang baik, seseorang tidak akan mampu menjalankan ibadah dengna tenang, tidak dapat membantu menyejahterkan anak-anak yatim, janda, fakir, miskin, dan orang-orang yang membutuhkan bantuan materi lainnya.

Satu hal yang harus selalu menjadi pegangan bagi seseorang yang telah melangit hasil karyanya bahwa ia harus meniadakan sifat dan sikap arogansi. Sebab arogansi, seseorang tidak hanya kehilangan kepercayaan dan dijauhi oleh masyarakat atas karyanya itu, tetapi yang lebih dalam adalah ia akan memiliki kehilangan daya imajinasi dan inovasi yang ia miliki. Karena inajinasi dan inovasi adalah ide. Ide cemerlang tidak akan hadir di saat jiwa seseorang terpuruk dan dipenuhi amarah.

Ide cemerlang hanya hadir ketika seseorang memiliki niat yang indah untuk dirinya maupun orang lain. Perlu ditekankan lagi bahwa ide adalah solusi. Adapun jika sebuah karya yang muncul dari ide cemerlang tidak membuahkan hasil dengan rupa peningkatan ekonomi, bukan berarti seseorang telah gagal dalam menuangkan ide dan membentuk karyanya. Ia tetap menjadi orang yang berhasil atas karyanya. Kepuasan hati itulah buah manis yang tidak akan ada seorang pun yang mampu membelinya kecuali dengan usahanya sendiri.

Kepuasan hati akan mendorong seseorang untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan tidak akan pernah memungkiri kondisi yang dijalani, artinya ia tidak akan bersusah payah untuk memanipulasi hidup agar dipandang masyarakat sebagai makhluk hebat, yang memiliki segalanya. Tetapi seseorang yang telah berhasil dengan karyanya, bukan lantas ia menjadi pribadi yang ingkar terhadap nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Semua perbuatan tergantung bagaimana seseorang menyikapinya, seseorang yang baik akan menyikapi segala sesuatu dengan baik tanpa melukai orang-orang di sekitarnya baik dari segi perasaan, pemikiran, maupun perbuatan. Oleh karena itu, jangan menurunkan kepekaan diri terhadap kondisi sekitar dan terus berkarya dengan niat yang benar tentunya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun