Mohon tunggu...
nuzulianda febrina
nuzulianda febrina Mohon Tunggu... -

State university of medan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Kutu

8 Desember 2013   20:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah terik siang dan padatnya kantin sekolahan..

“Yang,bisa liat gak itu tuh kutu di rambut Hesty?persis loh kaya cintaku ke kamu” ungkap Rian dengan tawa malu . “ya ampun yang ih jorok banget perandaiannya” balasku . “iya loh saying,kalau kutu itu kan udah melekat ke kepala seseorang pasti susah lepas,gak mau lepas . Hatiku juga gitu loh,udah lekat di kamu,gak mau lepas kemana-mana lagi”terangnya .

Masih ingat betul aku bacotan konyol Rian 5 tahun yang lalu . Entah inspirasi dari mana dia membandingkan cintanya dengan perilaku kutu haha sudahlah , itu dulu .

Namaku Lili , Lili Adriana . Aku dan Rian bertemu untuk pertama kalinya pada masa SMA , kami satu sekolahan,satu angkatan . Kami memulai hubungan pacaran sejak SMA kelas 1 . Hubungan abg,yang terlihat manis saja  pada masanya .

“Nunggu apaan li?” kata Intan , teman baruku sejak kuliah . “nunggu kabar dari Rian li,biasalah” balasku . “ih masih aja ya cowok kek gitu ditungguin . Halooo liliiiii , dia ngilang suka-suka ,ngabarin juga suka-suka”balas Intan yg lagi-lagi tingkat kegeramannya meningkat kalau udah bahas Rian . “Ya gak apapa kali tan,mungkin karna gak sekampus ya makanya kami agak renggang”aku yg mulai meyakinkan Intan dan diriku sendiri . “yaelah gak ada tuh alas an atau pembelaan apapun lagi ya li , sebulan aja sanggup sekali dua kali aja ngabarin , diajak ketemu ada aja tuh alasan , tapi kalau ada perlunya aja ya samamu baru datang,baru berkoar-koar ‘I love you’ lah apalah , basi”ketus Intan yg nampaknya sudah naik darah . “Ada perlunya gimana sih li,ya udah ya , aku unmood nih”kesalku . “iya-iya,nongkrong yuk pulang kampus!ngilangin unmood mu”ajaknya . “Oke”kataku .

Ah lagi-lagi kupi café . Sering benar aku kesini sama Rian , dulu . Segelimat kenangan dengan Rian melintas-lintas di setiap sudu,tiap detil café ini . Tiba-tiba hp ku bergetar,kegirangan , ini hal yg paling kusuka , pasti Rian pasti Rian . Benar saja , begitu smsnya terbuka, ada kalimat pemberi harapan disana , “dimana li,gak rindu?gak niat jumpa?ke rumah dong” katanya . Pipiku memerah . “tan,aku duluan balik ya,buru-buru”kataku sambil berlalu meninggalkan Intan yg masih terpelongo melihatku .

Sampainya diruah Rian..

“duit mana?bagi sejuta dong . Penting”ungkapannya yg tiba-tiba mebuatku terpelongo seperti Intan tadi . “yang,aku baru nyampe loh , tega bener”kataku . “yaudah duduk aja dulu,aku mau mandi”balasnya . Aku cuma bisa mikir kalau habis mandi,kami pasti jalan . dreeed dreeed , hp Rian yg tepat disampingku bergetar . Kubaca smsnya : yang buruan dong transferin,sepatunya limited edition yang. Hah.. jelas-jelas aku disini gak sms apapun , terus ini siapa?kubuka-buka lag isms yg lain,ternyata banyak wanita-wanita lain dengan motif yg sama ‘UANG’ . Oh jadi gini,Rian maintain duit ke aku yang katanya pentinglah , inilah , itulah , buat wanita-wanita baru dihidupnya. Kali ini bukian Intan lagi yang naik darah , aku pun jauh lebih naik darah .

yang,mana duitnya . Aku mau keluar bentar ,tunggu aja disini ,ntar kalo lama baliknya,kamu pulang sendiri aja ya”katanya . “niiiih”kataku seraya menempelkan hp Rian yg masih terbuka folder smsnya ke wajahnya .

Lalu aku pun berlalu pergi secepatnya . Terasa air mata di pelupuk mataku lagi berlomba untuk keluar . Kuhapus air mataku , kutegarkan hatiku . Aku gak boleh cengeng,gak boleh kembali lagi ke dia . Cinta kutu , cinta yg melekat selalu memang,seperti kutu . Tapi satu hal,kutu itu parasit. Rian parasit . Kutu menghisap darah dan beranak-pinak menghancurkan rambut korbannya . Rian menghisap pundi-pundi keuanganku . Semoga besok wajahmu berubah jadi wajah kutu,ungkapku dalam hati . Lalu aku pun melewati jalanan malam sambil terkekeh membayangkan wajah kutunya Rian .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun