Mohon tunggu...
Novia Rahayu Utami
Novia Rahayu Utami Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012, anak sulung dari 3 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semua Itu “Gara-Gara” Aku…

7 Oktober 2014   02:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:07 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aziz merasa bersalah dengan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak, orang tua Aziz telah berusaha keras mencarikan Aziz pekerjaan yang mapan. Tapi Aziz menyia-nyiakan usaha orang tuanya. Sekarang keadaan Aziz dan kedua orang tuanya terutama ayahnya sangat tertekan. Ayah Aziz sangat lelah, merasa usahanya tidak dihargai oleh Aziz. Aziz adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Memang sifat dasar Aziz itu adalah manja, malas, tidak bersemangat, dantidak mau berusaha sendiri mengenai pekerjaan (usianya sudah mencapai 25 tahun). Orang tua Aziz adalah orang terpandang di kampungnya. Oleh karenanya Aziz di usahakan agar mempunyai pekerjaan yang mapan, agar tidak “malu-maluin” keluarga.

Dahulu, Aziz sudah pernah bekerja di beberapa perusahaan kecil tapi Aziz tidak betah dan kemudian ia berpindah-pindah pekerjaan. Karena ulahnya tersebut yang tidak “telaten” dengan pekerjaannya, dampaknya Aziz sekarang tidak mempunyai pekerjaan (nganggur).

Sudah berbulan-bulan Aziz menganggur, ia hanya makan, tidur, dan meminta uang untuk membeli rokok saja ketika dirumah. Lama kelamaan, orang tua Aziz merasa risih dan nelangsa mempunyai anak yang seperti itu (hanya makan, tidur dan rokok). Suatu ketika, orang tua Aziz berfikiran mencarikan Aziz pekerjaan yang mapan. Kebetulan orang tua Aziz mempunyai seorang kenalan di suatu perusahaan yang besar. Kemudian orang tua Aziz berusaha merayu temannya tersebut agar si Aziz bisa diterima bekerja di perusahaan tersebut. Namun tidak semudah yang di kira. Orang tua Aziz menghbiskan tenaganya berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk mengurus hal tersebut. Setelh bersusah payah, akhirnya Aziz telah diterima di perusahaan tersebut. Dan seteah itu, Aziz melakukan beberapa interview secara bertahap.

Pada saat interview pertama, Aziz melakukannya dengan lancer (karena Aziz mempunyai kemampuan verbal yang bagus) namun, Aziz diperingatkan agar tidak merokok ketika didalam ruangan dan pada saat bekerja kelak. Dan pada saan itu Aziz mendapat teguran, karena Aziz merokok di ruang tunggu (sebenarnya tidak diperbolehkan).

Kemudian pada saat interview kedua, Aziz kembali melanggar peraturan yakni Aziz merokok di dalam ruang kantor dan pada saat itu bosnya mengetahui. Dan ketika di interview Aziz benar-benar ditolak karena bosnya benar-benar marah dan kecewa pada Aziz. Aziz di anggap tidak dapat dipercayai untuk bekerja di kantor tersebut terbukti pada hal spele saja sudah di langgar apalagi ketika proses bekerja. Sayang sekali, padahal interview terakhir sebelum besoknya Aziz bisa langsung bekrja. Tapi akibat hal tersebut Aziz gagal bekerja.

Ketika kedua orang tuanya itu mendengar kabar tersebut, kedua orang tua Aziz shock berat. Ayahnya setiap hari memarahinya. Merasa sia-sia semua apa yang telah di usahakannya juga merasa tidak dihargai oleh Aziz, dengan mudahnya Aziz melepas kesempatan tersebut yang susah payah di usahakan orang tuanya. Aziz sempat tidak tahan di rumah karena kedua orang tunya selalu memarahinya dan menyalahkannya. Ayah Aziz sampai sakit merasakan hal itu. Ayah Aziz tidak mempunyai nafsu makan dan kemudian demam. Begitu juga dengan Aziz, ia seperti orang frustasi kesana-kemari mendapatkan “omengan” dari orang tuanya dan juga orang sekitarnya, ia juga menjadi buah bibir tetangga di kampungnya. Sungguh ayah Aziz sangat kecewa pada Aziz. Padahal pekerjaan tersebut sangat sulit di masuki oleh sembarang orang dan merupakan pekerjaan yang diburu oleh lulusan-lulusan terbaik di universitas. Tapi nasi memang sudah menjadi bubur. Kesempatan sudah hilang dan tidak bisa lagi kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun