Mohon tunggu...
Novia Rahayu Utami
Novia Rahayu Utami Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012, anak sulung dari 3 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepala Sekolah Kok “Ngompol”

2 Desember 2014   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku adalah Desi, Aku teringat masa kecilku dulu, ketika aku masih berusia lima tahun. Pada waktu itu aku berada di bangku sekolah Taman Kanak-Kanak (TK). Aku selalu di ejek oleh teman-temankku karena aku sering sekali bahkan setiap hari “ngompol” di celana. Namun akau sadari juga menurut cerita ibukumemang dari dahulu ketika masih kecil (bayi) sampai sekarang (TK) aku masih ngompol.

Berlanjut ketika aku berada di sekolah dasar (SD) kelas dua aku masih saja ngompol, sudah menjadi langganan ejekan, olok-olokan, hinaan yang pada waktu itu sangat menyakitkan dan menyedihkan. Dan hanya satu yang bisa saya lakukan yakni menangis tersedu-sedu, dan aku juga menjadi langganan guru-guru karena para guruku dahulu merasa kasihan kepada saya. Oleh karenanya saya selalu dihibur di kantor, namun saya masih ingat sekaliada juga guru yang menertawakan saya dalam hati saya pada waktu itu “dasar guru yang tidak punya perasaan” saya pun malah menjadi semakin bersedih.

Ibuku tidak pernah mananggung malu karena anaknya setiap hari ngompol. Malah ibuku bersikap tegas pada teman-temanku. Ibuku memarahi mereka dengan tegas seolah-olah anaknya tidak bersalah atas “ngompol”ku tersebut. Disamping ibuku memarahi teman-temanku, beiau juga selalu memberi nasehat dan motivasi untukku agar tidak goyah ketika di olok-olok teman-temanku. Menurutku hanya ibuku lah yang menjadi pahlawanku.

Namun itu dahulu, sekarang aku sudah menjadi kepala sekolah di sekolah dasar (SD) yang dulunya tempatku belajar dan di olok-olok. Aku kini sudah tidak menjadi anak yang cengeng karena olok-olokan temanku tapi aku sekarang menjadi kepala sekolah yang bijaksana, professional dan tentunya ramah pada siapapun.

Setelah bertahun-tahun aku menjadi kepala sekolah di sekolah dasar (SD) tersebut, tidak pernah aku menyangka, ternyata ada salah satu murid yang masih “ngompol” di celana. Aku sangat shock dan menertawakan diriku sendiri, membayangkan ternyata dahulu aku seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun