Mohon tunggu...
Novia Rahayu Utami
Novia Rahayu Utami Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012, anak sulung dari 3 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Konselor pada Anak akibat Tayangan Televisi yang Tidak Mendidik

21 Desember 2014   20:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:47 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Televisi merupakan media penyedia informasi serta hiburan bagi semua manusia di berbagai kalangan pekerjaan misalnya pedagang, pengusaha, pegawai, pengajar, siswa, mahasiswa, petani dan lain sebagainya. Begitu juga di berbagai kalangan usia seperti anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia.

Sekarang ini sangat marak pembicaraan mengenai tayangan televisi yang tidak mendidik khususnya bagi anak-anak dan berdampak pada psikologis anak seperti perkembangan kognitif dan emosinya. Bahkan tayangan kartun yang memang khusus untuk anak-anak itupun menjadi bahan pembicaraan yang gempar karena film-film kartun banyak yang secara tidak langsung mengandung nilai yang tidak baim untuk anak (negative) dan berdampak pada perkembangan anak-anak yang melihatnya. Misalnya pada beberapa film-film kartun berisi adegan yang kurang bisa bahkan tidak bisa diserap nilai-nilainya oleh anak-anak seperti memukul, berkelahi, marah-marah,tidak sopan,jail, menghinanakal dsb. Hal tersebut dapat memancing anak bertindak atau berperilaku demikian di dunia yang sebenarnya, anak-anak akan mempraktekkan hal tersebut kepada orang-orang disekitarnya.

Bukan hanya film-film kartun, namun banyak juga sinetron yang disajikan oleh stasiun televisi yang bernilai negative seperti berkelahi, menentang, membantah, percintaan yang belum pada umurnya, gaya berpakaian yang tidak sesuai budaya, kehidupan orang dewasa yang dimainkan anak-anak, kekerasan, ketidak sopanan dll. jika ditonoton oleh anak-anak bahkan akan mempengaruhi perkembangan anak. Dal ini sangat menghawatirkan, karena tidak hanya satu stasiun televisi yang menayangkan sinetron yang tidak bernlai positif serta tidak mendidik, ada tiga bahkan lebih stasiun televisi yang menayangkan sinetron-sinetron tersebut. hanya beberapa saja stasiun tlevisi yang ebnar-benar menayangkan tayangan yang berpendidikan (edukasi) dan ayangan yang bernilai dan bermanfaat bagi penontonnya.

Waktu penayangan tayangan televisi yang tidak mendidikpun bahkan sesuai dengan waktu-waktu istirahat, ketika banyak anak-anak yang menonton televise. Jadi dengan mudah anak-anak akan tertarik dengan tayangan tersebut namun juga anak-anak tidak dapat mengambil hikmah serta pelajaran postitif dar tayangan televise tapi malah sebaliknya, anak-anak meniru dan berperilaku yang tidak layak seperti yang di ajarkan oleh tayangan televise yang tidak mendidik tersebut.

Disini anak-anak membutuhka perhatian yang lebih dalam menangani permasalahan anak yang datang memalui tayangan televis yang tidak mendidik dan berdampak negative tersebutmelalui bantuan konselor. Karena seorang konselo tidak hanya membantu klien atau anak dalam mengahdapi masalahnya tetapi juga akan membantu klien atau anak-anak dalam menyadarkan dan memahamkan anak-anak terhadap permasalahannya. Karena pada dasarnya seorang anak selalu ingin diperhatikan dan didengarkan keluh kesahnya dan keinginannya.

PEMBAHASAN / INTI

Konselor adalah seorang yang professional dalam proses konseling yang akan membantu klien atau orang yang mempunyai problem, baik problem pada diri sendiri, social, keluarga, dll. dalam hal ini peran konselor sangat dibutuhkan pada anak yang menjadi korban tayangan televisi yang tidak mendidik.

Korban adanya tayangan televise yang tidak mendidik ini adalah kemungkinan besar adalah anak-anak. Karena seorang anak yang masih dalam masa perkembangan baik kognisi maupun emosi sangat mudah untuk terpengaruh oleh apa saja yang sedang di hadapinya atau yang sedang disuguhkan padanya yakni seperti tayangan televisi. Tayangan televise yang baik akan diserap oleh anak-anak dan dipraktekan oleh mereka, begitu juga dengan tayangan yang tidak baik dan tidak mendidik bahkan yang merusak itupun akan diterima oleh anak dan dipraktekan.

Yang disayangkan saat ini ialah dalam kenyataannya tayangan televisi yang ada sekarang lebih banyak tayangan yang tidak mendidik dibandingkan dengan tayangan yang mendidik (edukasi). Buktinya setiap waktu atau pergantian acara dan juga setiap harinya tayangan televise yang tidak mendidik selalu ditayangkan bahkan di ulangi beberapa kali.

Dampak mental atau psikologis yang diberikan pada anakpun tidak hanya berlaku pada saat sekarang saja, namun dampak tersebut akan berlangsung secara terus menerus hingga anak tumbuh menjadi seorang remaja, dewasa hingga lanjut usia.

Begitu berbahaya pengaruh tayangan televise yang tidak mendidik bahkan membahayakn bagi mental atau psikologis anak karena anak adalah usia dimana semua informasi akan terekam didalam memory yang sewaktu-waktu akan dipanggil (recall) atau terpanggil sesuai dengan kebutuhan seseorang. Maka dari itu Disini peran konselor untuk mengatasi anak-anak yang terpengaruh atau yang akan terpengaruholeh tayangan televisi yang tidak mendidik dan yang merusak adalah:

•Untuk mencapai sasaran interpersonal dan intrapersonal, disini peran konselor membantu seorang klien atau anak-anak untuk mengungkap bagaimana seharusnya anak-anak bersikap positif dan dapat menyikapi tayangan televise yang tidak mendidik tersebut agar tidak salah memposisikan diri anak-anak kepada posisi yang salah. Sebelumnya seorang konselor harus mengetahui bagaimana kepribadian anak dan mengetahui apa saja yang diinginkan anak.

•Mengatasi kesulitan dalam perkembangan kehidupan, konselor berperan membantu anak-anak dalam menghadapi keterlanjuran sikap dan perilaku akibat tayangan televise yang tidak mendidik yang sudah di praktekan dikehidupannya. Ketika anak-anak mengalami kesulitan maka konselor menbantu mempermudah jalan bagaimana anakbisa menghadapi kesulitan tersebut. ketika anak yang misalnya seorang anak terpengaruh gaya tokoh di sinetron/di kartun yang actionnya sering marah-marah, membentak, bertindak kekerasan dll. maka konselor akan berperan di dalam itu.

•Membuat keputusan dan memikirkan tindakan perubahan dan pertumbuhan, disini seorang konselor dan orang tua sangat berperan penting yakni dalam membuat keputusan serta memikirkan tindakan perubahan dan pertumbuhan. Orang tua dibutuhkan untuk memantau, memberi nasehat, memberikan saran atas keputusan dan tindakan yang akan dilakukan anak. Sednagkan konselor berperan untuk membantu bagaimana seorang anak tersebut dalam mengambil keputusan dan memikirkan tindakan. Dalam hal ini ‘keputusan’ bukan berarti suatu keputusan yang berat yang membuat para remaja atau orang dewasa itu menjadi galau. Tetapi dalam hal ini adalah keputusan mengambil tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh anak, misalnya menyikapi teman yang iseng atau yang jail terhadapnya. Jika didalam televise baik film kartun maupun sinetron seorang tokoh akan langsung membalas tindakan teman yang iseng dan jail tersebut dengan cara memukul atau berkata kasar kepada temannya tersebut. oleh karenanya konselor membantu memutuskan dan memikirkan tindakan perubahan dan pertumbuhan anak sesuai dengan usianya. Keputusan ini juga berlaku ketika seorang anak akan bergaya apakah meniru tokoh di film dan sinetron atau bergaya (berpenampilan) seperti anak-anak pada umumnya.

Disini konselor membantu anak menyelesaikan permasalahan bukan berarti konselor sebagai problem solver utama.

Biasanya konselor membuat program-program dalam menangani kliennya. Dalam hal ini konselor dapat juga membuat program bagi anak-anak seperti:

1.Program Preventif, yakni program yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi permasalahan yang tidak diinginkan.

Seperti konselor dapat bekerja sama dengan orang tua anak agar menyediakan chanel/ stasiuntelevise yang mendidik seperti membuat kerajinan tangan, membuat kekreativan secara tradisional maupun modern, tayangan lomba cerdas cermat, kehebatan atau keunggulan suatu Negara, kisah-kisah inspiratif dll. dan juga bisa mengajak anak untuk praktek secara langsung membuat kekreativan, mengajak anak-anak untuk keluar rumah misal berjalan-jalan di kebun binatang, bermain-main yang bermanfaat atau bersilaturrahmi ke rumah kerabat dll yang tujuannya agar anak-anak tidak terfokus hanya pada tayangan televise dan juga agar anak-anak tidak menghabiskan waktu untuk melihat tayangan televise yang tidak mendidik.

2.Program Kuratif, ketika konselor mengetahui memang dengan jelas-jelas seorang anak sudah terkena dampak tayangan televise yang tidak mendidik, konselor segera membantu anak tersebut meluruskan apa-apa yang telah menyimpang atau keliru.

Dalam proses konseling seorang konselor dapat menggunaka teknik untuk membantu anak dalam konseling.

KESIMPULAN

Usia anak-anak adalah usia dimana semua informasi akan terekam didalam memori dimana informasi tersebut akan terrecall sesuai dengan kebutuhan seseorang. Tayangan televise yang tidak mendidik dan berdampak negative bagi anak ditakutkan akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari anak serta kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu peranan konselor dalam menghadapi kenyataan yang ada saat ini sangatlah penting baik untuk mencegah atau bahkan membantu klien atau anak dalam menyelesaikan permasalahan. Disini konselor membantu anak menyelesaikan permasalahan bukan berarti konselor sebagai problem solver utama.

SARAN

1.Untuk penyedia acara di seuruh stasiun televise, seharusnya lebih menekankan acara-acara televise yang mendidik serta bernilai bermanfaat agar dampak yang diberikan kepada anak itu positif, sehingga generasi bangsa ini menjadi generasi yang tumbuh karena terinspirasi dari tayangan televise yang bermanfaat serta bernilai positif.

2.Untuk orang tua, sebaiknya membatasi bahkan melaranaktivitas anak dalam menonton tayangan televise yang tidak mendidik, dan juga orang tua harus memantau tayangan apa yang di tonton oleh anak. Kemudian orangtua harus benar-benar kreativ untuk menghadapi permasalahan yang ada pada saat ini. Misalnya sering mengajak anak membuat kekreativan atau bermain-main ke rumah keluarga ataupun segala kegiatan yang bersifat positif.

3.Untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) seharusnya melakukan sensor atau (pelulusan sensor) untuk semua tayangan di televise. Jika ada yang tidak layak maka seharusnya tayangan tersebut tidak ditayangkan, dan jika tayangan sudah benar-benar lulus sensor atau bisa dikatakan layak maka tayangan tersebut bisa untuk ditayangkan. KPI juga harus memperhatikan dampak tayangan yang ditayangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa yang melihatnya, bukan melihat dan menialai ranking yang didapatkan atas penayangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Latipun. (2003). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) press

http://www.makalahs1.blogspot.com. Di akses pada 20 Desember 2014

http://kata-kutuku.net/2014/09/26/selamatkan-tontonan-anak-indonesia/. Di akses pada 20 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun