Mohon tunggu...
Khairun Nisaa
Khairun Nisaa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am Twins, dreamer and girl who want to be the best.. Salam kenal buat semua yang ingin berkenalan :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penantian..

29 Agustus 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:10 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jangan asal berjanji kalau tidak bisa menepati.” Kiara berkata dengan suara parau.

Gadis itu sudah berjam-jam duduk disebuah taman dibawah pohon jambu yang rindang. Ditangannya ada selembar foto yang tak jemu ia pandang, tak berapa lama airmata yang sedari tadi tertahan dipelupuknya jatuh juga.Ia terisak dalam keheningan sore yang remang. Tatapannya sendu dan menerawang jauh, hanyut dalam pikirannya sendiri.

17 Januari satu tahun yang lalu, tepat seperti ini ia menunggu. Menunggu dan terus menunggu walau nyatanya semua hanya meninggalkan luka, tapi ia tetap menunggu seperti hari ini.

“Pantaskah sebuah harapan ku berikan untuknya?” Gadis itu bergumam sangat pelan.

Penantian yangia lakukan, ia juga tidak tahu gunanya. Saat penantiannya berakhir, ia juga tak tahu inginnya. Pintanya hanya satu, penantiannya tidak akan sia-sia. Walau harus berapa lama pun menunggu.

Kiara terus terisak melepas beban kerinduannya. Sesekali gadis manis itu berhenti, sekedar mengingat yang terjadi. Kiara Shania bukanlah gadis melankolis yang selalu meratap kehidupan, ia dikenal periang, setia kawan, berpikir positif dan praktis. Gadis polos yang hanya ingin hatinya selalu bahagia dan berharap membuat orang disekitarnya bahagia. Tapi semua tak berjalan seperti yang ia mau.

“Minggu depan, ulang tahun kamu kan? Mau kado apa?” Ucap Revan dengan senyum khasnya yangdisukai Kiara. Mereka sedang duduk bersama, setelah sekian lama tidak bercengkrama.

“Hmm, terserah deh. Asal kamu yang kasih, aku suka.” Kiara membalas dengan suara menggoda, memecah suasana kaku yang sedang berlangsung.

“Gimana kalau Minggu depan kita rayakan ulang tahunmu di taman dekat danau kecil, dibawah pohon jambu sekitar jam 3 sore, nanti aku tunjukin sesuatu yang pasti bikin kamu senang. Jangan terlambat.” Janji itu Revanlah yang membuat dengan penuh keyakinan. Membuat Kiara merasa semakin tersakiti.

Seperti janji mereka, Suasana sore yang mendung tak membuat Kiara patah semangat menunggu sahabat yang ia sukai. Senyum selalu tersungging di bibirnya, sesekali ia melihat jam tangan untuk memastikan bahwa ia memang tidak salah. 30 menit berlalu, ia menunggu seraya mencari sesuatu, barangkali Revan sudah menyembunyikan apa yang dijanjikannya minggu kemarin. Maklum Revan adalah tipe cowok yang sangat penuh dengan kejutan.

30 Menit berikutnya, Kiara mulai resah perasaannya campur aduk. Ia takut kalau ternyata Revan melupakan hari ulang tahun beserta janji ini. Revan sangatlah pelupa yang menambah kegelisahan Kiara semakin bertingkat. Lalu ia memutuskan mengirim sebuah sms : kamu dimana? Gak lupakan, hari ini di taman?

Setelah mengirimkan sms itu, keresahannya berkurang. Lalu ia mulai menaiki tangga, memanjat rumah pohon yang selalu menjadi tempat paling indah saat ia bersama Revan. Bagi Kiara, Revan lebih dari seorang sahabat. Terkadang Revan bisa berubah menjadi ibu yang sangat gencar menasihatinya, menjadi kakak yang menjaganya, dan tak jarang pula menjadi musuh yang sangat ia sayangi. Revan selalu membayangi setiap langkahnya dan itu membuat Kiara merasa sangat membutuhkan lelaki itu.

Tapi,semua berubah seiring waktu, Revan seolah menjauh dari kehidupannya. Mereka sudah tidak saling menceritakan pengalaman masing-masing. Bahkan Kiara sempat mendengar kabar kedekatan Revan dengan Liana, membuat ia tidak bersemangat menjalankan aktivitas sehari-hari. Sampai saat seminggu sebelum ulang tahunnya, hubungan mereka terjalin kembali bahkan terlihat sangat dekat dari sebelumnya. Dan Kiara seperti mempunyai semangat baru melakuakan segala hal.

Angin berhembus perlahan menciptakan suasana sejuk dan damai. 16.15 Kiara memandangi jam ditangannya. Dimana Revan? Kemarin ia mengingatkanku janji ini, apa mungkin ia lupa? Jeritan hatinya kembali bersua. Kiara kembali mengetik sms: kamu gak bisa datang ya? Gak masalah kok, tapi balas sms aku ya, biar aku gak nunggu kamu sendirian disini.

Kiara mulai kesal. Menunggu itu sangat melelahkan, dan ia mulai menangis. Hembusan angin membuatnya terhanyut dan mengantuk berat.

17.05. Kiara tersentak. Mimpinya itu terasa sangat nyata. Dalam mimpi itu seseorang menatapnya sendu,lalu menjauh seolah tak ingin berada disekitarnya. Dan tak berapa lama, lelaki itu berlari sangat kencang hingga tak terlihat dalam hitungan detik.

Tetesan air hujan yang mengenai wajah Kiara, terasa sangat menusuk. Setelah benar-benar tersadar,ia melihat sekeliling dan tidak menemukan seorangpun. Lebih tepatnya Revan tak datang kali ini. Atau ia tidak akan pernah muncullagi. Beribu tanya memenuhi pikirannya. Apa itu Revan? Dan inikah hadiah yang ia janjikan? Harapan gadis itu pupus mengiring jatuhnya rintik hujan sore itu.

5 tahun Kemudian, keadaan berubah. Bahkan sepertinya gadis itu telah melupakan semuanya. Kenangan pahit dan memori burukpun seakan menjauh dari kehidupan Kiara. Dan seiring berjalan waktu, tak dipungkiri perubahan juga merambah pada sifat dan karakternya.

“Hei, apa kau marah?” Kiara menatap cowok dihadapannya.

“Tidak, apa aku punya hak untuk itu?” Balas cowok itu dengan tenang.

“Lalu, kenapa kau selalu membuang muka saat berjumpa denganku? Apa karena aku jalan dengan Dion semalam?”

“Sekarang aku sudah tahu perasaanmu yang sebenarnya dan aku tidak akan bersikap seperti dulu, bukankah melelahkan bila bertepuk sebelah tangan?, aku tidak ingin membuat gadis yang kusukai merasa tidak nyaman.” Rangga pergi meninggalkan Kiara yang masih terpaku berdiri.

“Huh, rasanya seperti aku yang diputusin.” Tuturnya.

Kiara menjadi seorang gadis yang dipenuhi ambisi. Dan mengakibatkan ia dijauhi teman-teman seusianya. Ia menaklukkan hati cowok yang dekat dengannya walau hatinya tak pernah terbuka untuk siapapun. Rangga Adriansyah adalah satu-satunya cowok yang dekat dengannya saat ini namun ia seolah enggan mempermainkan hati seorang Rangga.

“Kenapa tidak memberiku kesempatan?” Tanya Rangga dua minggu lalu, saat cowok itu menyatakan perasaannya yang ke 4 kali. Kiara selalu menjawab dengan jawaban gantung, seolah menjadi misteri yang membuat Rangga semakin kesal olehnya.

Hari-hari berlalu. Tak ada sedikitpun niat Kiara untuk memperbaiki hubungannya dengan Rangga yang sudah terputus, sebenarnya diantara mereka terjalin persahabatan yang tidak begitu mudah putus seperti halnya cinta. Tapi begitulah anggapan Kiara sekarang, ia seolah ingin membuktikan bahwa ia akan baik-baik saja tanpa hadirnya Rangga.

Hari ini pertandingan basket antar sekolahnya melawan sekolah yang sama sekali tidak ingin ia jumpai. Bukan karena Kiara takut kalah dan merasa minder sebelum bertanding, tidak. Ia bukanlah tipe gadis seperti itu.

“Masih hidup?” Tanya seorang gadis yang suaranya sudah sangat familiar ditelinga Kiara. Gadis itu menghampiri Kiara yang sedang duduk di tepi lapangan. Firasatnya benar, hal yang ia takuti sedang terjadi.

“Seharusnya gue yang tanya itu. Apa kau sehat?, kuharap tidak.” Ucap Kiara dengan pandangan sinisnya. Kiara berdiri menjauhi gadis itu.

“Pantas Revan ninggalin elo.”

“Liana.” Bentak Kiara,”Kau tidak suka padaku, dan aku juga begitu. Jadi menjauhlah.” Kiara sangat paham dengan taktik Liana yang selama ini sudah berhasil dilakukannya. Liana akan selalu membuat Kiara terpancing emosi yang sangat menguntungkan bagi timnya.

Terlalu banyak masalah yang menghampirinya dan terlalu banyak orangyang suka menambah masalahnya.Kiara menoleh dengan resah,mencari seseorang yang dapat membuat hatinya tenang,namun itu tak akan terjadi. Rangga tidak datang mendukungnya kali ini. Kiara menghela napas dan mengarahkan pandangan pada bola basket yang melambung tinggi, pertandingan dimulai.

Sebagai seorang kapten, Kiara sangat berpengaruh dalam menentukan permainan. Ia yang akan mengatur strategi dan pencetak angka ditimnya.Tapi sayang, Ia selalu terbawa emosi,membuat kesalahan fatal dengan meladeni Liana yang terus mencari kelemahannya.

“Kau tidak penasaran dengan Revan?” Ucap Liana saat time out berlangsung.

“Tidak.” Balasnya ketus.

“Benarkah?, Kudengar dia pindah tanpa memberitahumu ya?”

“Lalu?” Kiara mebelalakkan matanya.

“Kau terlihat menakutkan, dan kurasa Revan sudah membuat keputusan yang tepat. Kau tidak berarti apa-apa untuknya, atau mungkin kau yang hanya menganggapnya lebih.”

Kiara bertahan pada sikapnya dan mencoba acuh walau itu sangat mengusiknya. Selama ini Kiara selalu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan Revan hilang tanpa kabar dan satu-satunya yang tahu hanyalah Liana. Tapi bertanya pada Liana tidak akan menjawab semuanya bahkan akan menambah tanya yang ada dibenaknya.

“Tutup mulut dan pergilah.” Kiara berusaha berkata pelan dan sopan.

“Kau tahu? Tidak ada yang ingin menjadi temanmu dan Revan hanyalah cowok baik hati yang mengasihanimu dan ketergantunganmu selama ini menjadi beban untuknya.” Liana berbisik ditelinga Kiara yang duduk membisu. Ia mencoba mencerna perkataan Liana. Dengan cepat kilat tangannya menggenggam rambut Liana dengan keras. Emosinya tak teredam.

Perkelahian yang sudah sangat sering dijumpai, dua orang cewek saling menjambak rambut dan mencakar dengan kuku tajam yang selalu mereka rawat. Membuat bekas yang dimiliki masing-masing dari mereka. Kiara mendapat cakaran dipipinya dan keadaan Liana tidaklah lebih baik. Mereka berdua menangis menahan sakit. Akhirnya pertandingan di hentikan dan semua tahu bahwa perkelahian itu dimulai dari pihak Kiara.

Esoknya, Kiara duduk menatap selembar kertas ditangannya. Ia meremas kertas itu dan melemparnya dengan kasar. Kiara berada diatas rumah pohon,yang selalu ia kunjungi saat ia merasa gundah. Pagi ini ia mendapat surat peringatan akibat kelakuannya kemarin. Ia duduk membisu menikmati angin bergerak dan hanya berdiam dalam kesunyian siang terik.

“Boleh gue naik?” Tanya suara yang berasal dari bawah.

Seorang cowok mulai menginjakkan kaki nya ketangga kayu pertama danmemeluk batang besar pohon,berusaha untuk memanjat, sementara Kiara tetap pada ekspresi melongok kebawah dengan heran.

“Kok bisa?” Kiara terperangah. Semakin heran bahwa ada seorang lagi yang dapat menaiki tangga berlumut itu tanpa cedera.

Rangga mengulum senyum. “Naik tangga juga perluotak,untuk apa gue pintar.”

Kiara hanya mencibir. Keluarlah kesombongan cowok itu.

“Surat peringatan pertama,mau dapat yang kedua juga ya? Semua orang tahu kalau elo sering bolos.” Kiara mengalihkan pandangannya ke sebelah, tempat Rangga duduk dan menggelengkan kepalanya.

Rasanya baru sedetik yang lalu Rangga berbicara dan kini ia memejamkan mata seolah menghening tak bersua, suara napasnya pelan terdengar.Cara seorang Rangga melepaskan beban dan amarah.Tapi, kenapa ia berbuat begitu? Bukannya Kiara yang mempunyai beban?

Kini, Rangga seolah mengajari gadis itu untuk ikut menghening. Gadis itu mengikuti dengan seksama.

“Dengan berhening, kita dapat mendengar suara-suara yang sebelumnya tidak kita dengar.” Kiara teringat ucapan Rangga saat ia bertanya guna kelakuannya itu.

Semua benar, gadis itu tak lagi mengungkiri apapun yang dikatakan Rangga. Semua beban seolah menguap,damai dan tenang merasuk dalam sanubarinya.

“Apa kau mau bercerita?” Tanya Rangga memecah keheningan.

Kiara berpikir sejenak, ia tahu bahwa Rangga juga sedang memiliki masalah.

“Tidak, aku tidak suka membagi dukaku ke orang lain.”

“Apa aku orang lain?”

Pertanyaan itu mengejutkan Kiara dan membuatnya membuka mata. Namun Rangga menatapnya lekat,ia yakin bahwa Rangga telah menatapnya sedari tadi,membuat ekspresi wajahnya tidak keruan. Rangga tersenyum manis, sangat manis. Membutnya tampak lebih tampan.

“Apa kau merasa aku membebanimu?” Ucap Kiara tiba-tiba, ia teringat kata-kata Liana yang menyebutnya beban kemarin.

“Tidak, akulah yang selalu membayangimu. Tetaplah jadi dirimu.” Rangga mendekat dan berbisik “Jangan terlalu memikirkan kata orang yang tidak membantu untuk kesuksesanmu, apalagi kata-kata Liana,ia sangat jago mengarang cerita.” What? bukankah kemarin Rangga tidak datang? Rangga mengatur posisi duduk yang nyaman didekat dahan, mencoba tertidur dan menenangkan pikirannya. Sementara Kiara masih diliputi dengan berbagai tanya dikepala yang tak pernah terjawab.

“Kiara….” Teriak seorang gadis membahana.

Kiara tergopoh mendatangi asal suara.

“Apa sih dek?”

“Ini telpon untukmu.” Sintia, adik Kiara memberi ganggang telpon dengan kasar.

“Gak jelas, ditanya gak mau jawab, aneh.” Ucap Sintia kesal seraya meninggalkan sang kakak.

“Halo” Katanya memulai.

Kiara berteriak histeris, ia seakan tak percaya dengan yang ia dengar.

Mata gadis itu seolah tak lepas dari seorang cowok didepannya. Revan, cowok yang selama ini ia tunggu. Heran, Sakit yang selama ini ia rasa tak merubah sikapnya kini. Kiara tampak sangat senang dan berseri-seri seolah melupakan yang terjadi 5 tahun lalu.Ia sangat menikmati saat-saat itu dan tidak ingin mengacaukan suasana dengan mengungkit masa lalu yang membuatnya penasaran.

Pertemuan yang hanya berlangsung 3 hari. Kiara tak pernah tahu dimana selama ini Revan berada dan tampaknya ia tak ingin tahu. Penantiannya berakhir dan benar-benar berakhir. Luka hatinya seolah telah terobati walau nyatanya keadaan semakin jauh dari yang ia harapkan.Kini yang ia sesalkan hanyalah,kenapa Revan harus mendapatkan cewek yang sama sekali tidak pantas untuknya. Revan dan Liana resmi berpacaran dan itu menghempas semua harapan gadis itu.

“Tinggalkan masa lalu, baru bisa menghadapi masa depan.” Kata-kata Rangga terngiang dikepalanya. Kiara hanya tersenyum lebar saat Rangga menasihatinya. Gadis itu memulai lembar baru kehidupannya yang selama ini terkekang oleh masa silam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun