Mohon tunggu...
Andy Saiful
Andy Saiful Mohon Tunggu... -

mencoba bangkit kembali dari terbelenggu kemalasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ahmad Farras Mubarak

11 April 2018   22:58 Diperbarui: 11 April 2018   23:19 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku lahir hari Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.40, Ibuku melahirkanku secara normal. Kalau kata ayahku prosesnya cukup panjang. Tiba di bidan jam 02.00 pagi, bidan mengecek baru pembukaan satu. Bidan menyarankan untuk kembali lagi esok hari, namun ibuku menolaknya dengan alasan sudah cukup mulas dan jika kalau balik lagi ke rumah membuat Ibuku kurang nyaman.

Kamipun bermalam di rumah bersalin, bidan menyarankan agar malam ini untuk tidur agar esok hari kuat persalinannya. Sayangnya ibuku tidak bisa tidur sama sekali, ia menahan rasa sakit kontraksi yang sudah sering timbul.

Sepanjang malam itu ibuku minta diusap pinggangnya terus, terus, dan terus. Untungnya ada ayahku yang selalu mendampinginya sepanjang proses persalinan itu dengan rasa kantuk dan sedikit lelah maklum saja ayahku baru pulang dari tempat kerjanya kebetulan ayahku sedang masuk shift sore.

Ibuku terus mengeluh kesakitan, sambil memukul kasur dan bantal ia lampiaskan rasa sakit yang ia rasakan. bahkan Ayah dan Nenekku sempat ditarik-tarik bajunya. Beruntung rambut ayahku tidak ditarik Ibu, karna ada yang bilang suami yang menemani istrinya saat proses persalinan dijambak rambutnya. heheh

Seusai azan subuh berkumandang bidan memeriksa kembali kondisi ibuku, adakah perubahannya yang dari jam 02.00 pagi baru pembukaan 1. Wah ternyata sudah masuk pembukaan 4. "Yah masih lama banget 5, 6, 7, 8, 9, 10 kapan?" Keluh Ibuku.

"Sabar dong sayang, ini sudah ada perubahan kan dari jam 02.00" jawab Ayahku."Astaghfirullah sakit Mak, kok kaya gini sakitnya". Teriak Ibuku "Emang begitu sakitnya, sabar istighfar" neneku menjawab keluhan ibuku.

Waktu menunjukkan 06.30 ibuku semakin jadi mulasnya. "Myh panggil bidan aku mulas, sakit banget nih" pinta ibuku. Ayah segera memanggil bidan, "Bu istri saya panggil" "tunggu ya pak" jawabnya sambil melayani pasien yang berobat. Ayahku kembali ke ruangan "mana bidannya" tanya ibuku kepada ayahku yang mulai panik.

Saat menunggu bidan datang, air ketuban ibuku keluar "yah Myh itu keluar, pecah" ayah melihat yang ibu tunjuk, langsung ngibrit ke bidan "Bu air ketubannya pecah Bu" "iya pak tunggu" Jawab bidan dengan tenang.

Setelah selesai melayani pasien lain, bidan mengecek sudah memasuki pembukaan beberapa sekarang. Sudah pembukaan 6 Bu, langsung ke ruangan bersalin ya Bu.

Mendengar sebentar lagi aku keluar ibu langsung minta minum, padahal dari semalam ibuku sulit sekali diminta untuk minum dengan alasan lagi sakit disuruh minum. Minuman yang di meja pun disikat semua dari air penambah ion, teh manis, sampai minyak kelapa diminumnya.

Tiba di ruang bersalin, "Bu ini sudah mau mengejan" kata Ibuku "jangan dulu bu" jawab bidan "gimana caranya?" Tanya ibuku "atur nafasnya aja Bu, jangan dikejan dulu. Ibuku menuruti perintah bidan. Oia ayahku masuk di ruang bersalin juga loh menemani ibuku sambil mengeringkan keringat yang ada di wajah ibuku.

Datang seorang ibu bidan lagi yang menangani persalinan ibuku, "bapaknya kalau tidak berani cukup di samping ya pak, kalau berani di sini pak sambil melihat dedenya keluar". Ayahku memilih untuk melihat dari depan, agar bisa menyemangati ibu bila kepalaku sudah keluar.

"Ibu ini sudah pembukaan 10 bersiap ya, tarik nafas yang dalam keluarkan" aba-aba dari bidan yang membantu proses persalinan ibuku. Ibuku mengikuti arahan bidan dengan baik. Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh Ibu Ayah dan Nenekku telah hadir ke dunia ini, dengan meninggalkan bekas 5 jahitan untuk Ibunku. Ahmad Farras Mubarak ya itulah aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun