Ketika ku menunjuk satu laki-laki hebat
Lalu laki-laki itu menunjuk perempuan hebat lainya
Maka aku akan berusaha bangun dari tidurku
Tidur yang membawaku ke dunia mimpi menyakitkan
Sesungguhnya aku tidak tersakiti saat bermimpi
Namun aku terlukai kala alam jagaku kembali
Ketika ku menunjuk satu laki-laki hebat
Lalu laki-laki itu menunjuk perempuan hebat lainya
Maka aku berlari ke dalam ruang tilamku
Memicingkan mata tuk menangkap gambaran di permukaan cermin
Cermin lemariku yang buram
Tak pernah sungguh-sungguh menampilkan rupa sejatiku
Sehingga seringkali ku kembali lupa akan siapa sejatinya diri ini
Dan mata ini pun balik berkelana
Mencari laki-laki hebat itu
Ketika ku menunjuk satu laki-laki hebat
Lalu laki-laki itu menunjuk perempuan hebat lainya
Maka aku kian bermuram durja
Entah apa yang kusedihi
Barangkali memang aku yang salah
Terlalu dalam menanam asa
Atau takdir yang terlampau kejam?
Ah, aku tak mau menyalahkan takdir!
Karena aku tak hendak marah pada Tuhan
Aku hanya kehilangan sedikit kesabaran
Gemas ku ingin pecahkan cermin buram itu
Cermin pangkal dari kekecawaanku
Andai ia menampilkan siapaku adanya
Takkan lah lancang mata ini membidik laki-laki hebat itu
Ketika kumenunjuk satu laki-laki hebat
Lalu laki-laki itu menunjuk perempuan hebat lainya
Dalam lelahnya hati, dengan keringnya air mata, ku putuskan untuk pergi…
Pergi menghadap cermin buramku
Menatap lekat walau samar
Belajar ikhlas menerima bahwa:
Laki-laki hebat itu telah menunjuk perempuan hebat lainya!