Saat berbuka puasa, kita terasa nikmat menyantap hidangan berbuka.
Mengapa?
Karena Allah memberi indra pengecap yakni lidah, Para ahli saraf berpendapat terdapat milyaran sel pengecap di lidah manusia dan yang unik setiap sel bertugas menangkap setiap rasa secara "khusus" dari ratusan rasa yg ada. (Itulah yg menerangkan ibu ibu bisa memberi komentar kurang garam atau kurang merica setelah mencicipi makanan)
Di area lidah ada lokasi tersendiri untuk rasa yg berbeda, seperti rasa manis ada di lidah depan, rasa pahit lidah belakang dan lainnya.
Dan yang menakjubkan area untuk rasa manis paling luas di seluruh lidah...itulah mengapa saat berbuka disunnahkan makanan manis spt kurma, selain agar cepat dimetabolisme menjadi tenaga, juga agar memberikan "kenikmatan lebih" bagi yang berpuasa, dan satu salah kemurahan dari Allah SWT kepada hambaNya yang sedang puasa.
Selain lidah indra pengecapan dibantu oleh indra pembau yg ada di rongga hidung, ada jutaan sel khusus yg bertugas menangkap seluruh bau yg ada, bahkan masih byk sel pembau yg tersisa yg disiapkan Allah yg belum dipakai manusia.
Keduanya (indra pengecap dan pembau) bekerja sama menyalurkan implus ke otak agar saat menyantap makan an berbuka terasa lebih nikmat.
Namun setelah beberapa suap makanan atau mendekati keyang, indra pengecap dan pembau menurunkan sinyal ke otak dan ini disebut "feed back mechanism" ditandai dengan tanda "berkurangnya rasa lezat" dalam lidah dan rasa mulai penuh dalam lambung.
Saat itu seharusnya kita segera menghentikan aktifitas makan sesuai anjuran rasul (dan demi kesehatan). Namun sering kali kita kehilangan kontrol diri dan terus makan sampai kekenyangan...bahkan malas sholat terawih akibat kekenyangan.
Bukankah hakekat puasa adalah berlatih menahan diri (imsyak) dan berlatih berbagi sesama? Lalu kemana makna puasa saat kita berbuka bila berbuka tanpa sunnah rasul?
Maka sesungguhnya ada "puasa" dibalik nikmatnya berbuka puasa
#Selamat berbuka puasa (sesuai sunnah)#