Jakarta, 6 Desember 2014. Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) DKI Jakarta melaunching "Kajian Kosmologi Strategis (KKS)" sebagai forum dwi mingguan kader-kader PMII DKI Jakarta mengkaji persoalan-persoalan strategis baik lokal (DKI Jakarta), nasional maupun global.
Seperti disampaikan dalam sambutan Ketua Umum PKC PMII DKI Jakarta Mulyadin Permana bahwa mahasiswa khususnya kader PMII harus memahami kosmos (alam semesta) yang di dalamnya terdapat relasi human and nature.
Human (manusia) berdialektika dengan alam untuk mengaktualisasikannya dirinya, atau manusia melihat wujud dirinya ada di alam (nature). Artinya manusia melakukan objektifikasi atau personifikasi dirinya dengan alam, sehingga alam bisa memenuhi keinginan atau kebutuhan manusia.
Begitulah posisi manusia terhadap kosmos, manusia harus mampu memahami kosmos (kosmologi) untuk memberikan manfaat bagi manusia, khususnya kosmos strategis seperti politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, hukum, pendidikan, kesehatan, entertainment, dsb. Maka hal inilah yang menginspirasi PKC PMII DKI Jakarta membuat Kajian Kosmologi Strategis (KKS).
"KKS adalah wadah bagi kader PMII untuk belajar dan menggali ilmu dari para tokoh NU dan tokoh-tokoh hebat lainnya untuk menjadi landasan gerakan PMII DKI Jakarta kedepan" kata Mulyadin.
Launching dan kajian perdana KKS diselenggarakan pada Jumat, 5 Desember 2014 jam 14.00-selesai di PBNU lantai 8. Hadir sebagai pembicara yaitu sahabat Khatibul Umam Wiranu, M. Hum (Anggota DPR RI/ Ketua Majelis Pembina PKC PMII DKI Jakarta).
Selain itu, hadir pula mantan sekjend PB PMII Usman Sadikin dan alumni PMII Jakarta Amsar A. Dulamanan untuk membahas tema "Politik Kesejahteraan".Dalam tema kajian itu, para narasumber memaparkan persoalan strategis dalam dunia politik, yaitu peta kekuatan politik di Indonesia, kekuatan politik golongan, politik society dan militer, dan rumusan politik untuk kesejahteraan.
Dalam pemaparannya sahabat Umam menjelaskan bahwa politik adalah tindakan nyata, bukan berupa kata-kata atau janji-janji. "Politik itu tindakan, bukan kata-kata; sementara kata-kata yang ada dalam filsafat, ayat-ayat suci, dan lain-lain itu sebagai guidance tindakan" tutur anggota DPR RI Fraksi Demokrat tersebut.
Sahabat Umam mengajak seluruh kader PMII untuk memiliki cita-cita setinggi langit. Setelah itu dalam prosesnya kita menjadi ini, menjadi itu adalah akibat dari cita-cita yang tinggi tersebut. Di dalam cita-cita yang tinggi terdapat harapan dan usaha keras, sehingga cita-cita menjadi spirit dalam kehidupan manusia.
Sahabat Umam selanjutnya mengingatkan kader PMII untuk mempelajari teori-teori politik, tetapi yang lebih penting adalah tindakan politik. Walaupun tindakan politik tanpa teori memang sulit, karena teori membuat tindakan menjadi terarah dan sistematis, tetapi realisasi politik adalah tindakan.
Kesadaran atas politik sebagai tindakan harus lahir dalam diri kita, karena pasca reformasi sulit sekali bicara teori politik atau peta politik; sistem politik kita adalah sistem liberal. Artinya siapapun yang memiliki modal atau memiliki kekuatan politik dialah yang berkuasa. Tetapi kader PMII tidak boleh berkecil hati, sejauh kader-kader PMII memiliki jaringan, jaringan itu jika dikumpulkan itulah kekuasaan.
"Kekuasaan itulah yang harus dimanage untuk melahirkan kesejahteraan, karena bagaimanapun hukum dan politik berada di bawah kekuasaan" tegas sahabat Umam.
Menurut pembicara lain, Usman Sadikin mengatakan bahwa orang saat ini menyalahkan sistem; sistem politik tidak bagus, maka orang beramai-ramai memperbaiki sistem, padahal sebenarnya yang tidak baik adalah orang-orang yang ada dalam sistem itu.
"Aturan yang baik dan sistem yang baik hanya dilahirkan oleh orang baik. Bukan sistem demokrasi, sistem kerajaan, dsb yang tidak baik, tetapi sistem itu menjadi tidak baik ketika orang lupa kepada Tuhan" kata sahabat Usman.
Sebagai penutup diskusi, kandidat doktor filsafat Universitas Indonesia sahabat Amsar A. Dulmanan mengatakan bahwa manusia tidak diperuntukkan di penghambaan, tetapi manusia sebagai kholifah di muka bumi.
"Manusia di bumi bukan untuk penghambaan, tetapi sebagai kholifah yang mengatur kosmos (alam semesta) untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia" Tutup sahabat Amsar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H