Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang anak SMA yang sedang berusaha lullus Ujian Nasional !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Wanita Pelukis Kehidupan

9 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah kuperhatikan lagi, benar ia tidak menggambarku dan hanya menggambar danau. Tapi apa yang kusaksikan tadi tidak mungkin bohong. Aku melihat kehidupan di lukisannya

“Kenapa kau terus saja melukis danau itu?”

“Aku tidak melukis danau. Aku melukis kehidupan.”

Entahlah apa yang dikatakannya itu—menurutku terlalu filosofis. Tapi sekali lagi aku melihat kehidupan dilukisannya, ada kelinci yang meloncat-loncat, semut berbondong-bondong, aku seperti melihat layar televisi. Benar-benar hidup. Aku tak berani bertanya padanya. Karena aku yakin dia akan melontarkan suatu kata yang filosofis lagi.

Senja sudah terlewat dan ia pun pergi dengan begitu saja. Tanpa sepatah kata pun. Aku memandangi kepergiannya, seperti senja yang kian redup ditelan waktu. Langkah kakinya mengundangku untuk terus menanti kedatangannya. Tapi apakah dia akan datang?

“Melati? Apakah kau akan datang Minggu depan?” aku meneriakinya dari kejauhan. Dan seperti yang kuduga. Dari kejauhan pula dia melemparkan senyuman dan aku tahu itu adalah jawaban kedatangannya. Hati ini sungguh lega ketika senyumannya merekah mempesonakan alam.

Minggu berikutnya, aku pergi ke danau dengan rasa harap bertemu dengannya.

Dalam perjalananku selalu terngiang-ngiang hingga terbayang-bayang olehnya. Dia sungguh membuatku dikecam oleh rindu dan ditenggelamkan oleh cinta. Aku sudah teramat gila karena cinta.

Seperti apa yang kuharap, dia telah datang. Duduk di tempat yang sama, dengan baju yang sama dan melukis kehidupan. Kakiku terasa ringan melangkahkan kaki ke tempatnya.

“Hay Melati, sudah lama kau tiba?”

“Baru saja.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun