Mohon tunggu...
muhammad nurul
muhammad nurul Mohon Tunggu... Guru - Penulis Baru

Instruktur di Balai Latihan Kerja Pasaman Barat - Senang bermain dengan kata, semoga apa yang diketik bisa membawa manfaat untuk sesama. Insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mempertanyakan Seleksi yang Jujur!

27 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 27 Juli 2023   06:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc : Koleksi Pribadi diolah melalui www.canva.com

Mempertanyakan Seleksi Yang Jujur! Permasalahan seleksi yang jujur dan transparan masih menjadi hal yang dirindukan. Banyak kegiatan seleksi yang dicidrai dengan kepentingan-kepentingan individu tertentu. Terkadang dalam satu tim seleksi itu pasti ada yang teguh dengan prinsip kejujurannya, namun tenkanan dari atasan dan dari sisi lain membuat cidera itu terjadi.

Orang dalam. Kita sangat akrab sekali dengan istilah ini jika melakukan seleksi apapun. Orang dalam pasti membawa pengaruh terhadap hasil seleksi. Sangat disayangkan memang budaya ini masih melekat dalam benak masyarakat kita. Meraka lebih mengandalkan orang dalam dibanding dengan kemampuannya sendiri.

Sistem kekeluarga menjadi dasar bantu dan mengubah posisi hasil sebenarnya dalam seleksi. Seleksi yang tidak transparan dan tidak realtime melihat hasilnya sangat berpeluang dicidrai. Apa lagi dengan sistem perhitungan manual yang memakan 2 hari. Banyak sekali instruksi yang masuk untuk mengubah angka sebenarnya.

Seleksi secara realtime seperti Reqruitment CPNS yang saya ikuti merupakan bentu reqruitment yang jujur dan transparan. Secara realtime kita bisa melihat hasil kemampuan kita. Walau seleksi CPNS masih juga dicidrai dengan memberikan bocoran soal di awal oleh oknum-oknum tertentu. Setidaknya lebih transparan dibandingkan dengan sistem seleksi yang masih manual dan tidak realtime.

Terkadang sebagai petugas dilapangan dan selaku orang yang pernah mengikuti seleksi apapun itu, rasanya menjadi iba melihat pergeseran-pergeseran yang ada. Yang seharunya lulus menjadi tidak lulus. Yang seharusnya tidak lulus eh malah peringkat 2 dan 3. Sangat disayangkan.

Orang dalam sangat berpengaruh. Apalagi berjabatan, semua bisa dikontrol dan distir. Petugas dilapangan hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat banyak. Dan budaya orang dalam ini sepertinya sudah jadi barang biasa di tengah masyarakat. Iba melihat peserta yang memang memiliki kemampuan yang mumpuni dan nilai yang baik harus digeser dengan orang yang memiliki kekuatan orang dalam.

Rasanya seleksi manual mengunakan lembar kerta sudah tidak relevan. Seleksi secara online dan realtime setidaknya mengurangi pengaruh orang dalam. Mari kita bersamakan menghilangkan budaya orang dalam untuk seleksi apapun itu. Semoga Allah mudahkan langkah kita. Aamiiin.

Penulis : Muhammad Nurul - Pasaman Barat, 27 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun