Tahun ini menjadi tahun yang sangat baik buat saya pribadi. Salah satu mata kuliah enterpreneurship menjadi mata kuliah wajib untuk diikuti. Awalnya saya mengira tidak ada hubungannya antara jurusan saya sebagai mahasiswa filsafat Islam dengan enterpreneurship. Namun asumsi tersebut berubah saat dosen mata kuliah saya memberikan pandangannya mengapa kita harus membangun jiwa enterpreneur, terutama sebagai anak-anak muda. Menurutnya, negera-negara di luar sana memiliki jumlah pengusaha yang cukup signifikan sehingga memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonominya. Dan akan lebih baik lagi apabila pelaku ekonomi tersebut didominasi oleh usia produktif, dikarenakan persaingan pasar yang semakin hari semakin menuntut kekreatifan.
Selama belajar enterpreneurship, saya diarahkan bagaimana membangun jiwa enterpreneur yang dituntut untuk kreatif dan inovatif, dengan mengedepankan nilai-nilai sosial yang tinggi. Dalam hal ini, kita diminta menjadi pribadi yang tahu akan eksistensi penciptaan lapangan kerja bagi orang lain serta didukung dengan mental pemberani. Selain itu, belajar mata kuliah enterpreneurship juga diajarkan bagaimana melakukan mapping, analisa pasar, market research, mencari investor, dan komponen-komponen lainnya. Dari sini, saya pun mengamati bahwa kampus paham betul mempersiapkan mahasiswanya setelah lulus nanti.
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Bahlil Lahadalia yang saya kutip dari Suara.com (Senin, 9 Mei 2016) mengatakan bahwa saat ini Indonesia baru memiliki 1,5 persen pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Indonesia masih membutuhkan sekitar 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka dua persen. Sedangkan di negara Asean seperti Singapura tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen jumlah pengusahanya. Tak hanya sekedar melipatgandakan jumlah pengusaha, Indonesia juga perlu menciptakan pengusaha baru yang berkualitas dan terdidik yakni dari kalangan mahasiswa. Pengusaha berlatarbelakang sarjana menurutnya akan mampu meningkatkan kapasitas usahanya serta akan kuat menghadapi persaingan yang semakin ketat di era masyarakat ekonomi Asean (MEA).
“Daya saing mereka akan kuat, sebab secara pendidikan jauh lebih mumpuni,” tutup Bahlil.
Secara pribadi, saya pun juga melihat kalau mata kuliah enterpreneurship ini diajarkan di luar keilmuan mahasiswa, maka mampu menjadi bekal yang cukup baik bagi keberlangsungan hidup para sarjana. Dan ada kemungkinan, target untuk meningkatkan jumlah pengusaha Indonesia hingga 2% akan terealisasi. Jadi, mari kita bangun kesadaran enterpreneurship sejak dini!
Facebook: https://www.facebook.com/tainrubm
Twitter: https://twitter.com/MBurniat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H