[caption caption="Lihatlah kerutan yang ada pada wajah mereka. Sudahkah Anda membahagiakan mereka?. Dok http://abiummi.com/assets/uploads/2015/10/orang-tua.jpg"][/caption]Hidup dalam kehebatan sendiri rasanya mustahil bisa berhasil. Harus ada tangan-tangan yang selama ini turut menjadi bagian dari keberadaan apa yang berhasil kita raih. Salah satu dari itu semua adalah dukungan orang tua.
Tidak ada yang mustahil dalam hidup apabila tangan orang tua sudah meminta kepada Sang Pencipta. Bait-bait doa yang mereka rangkai dengan penuh ketulusan dan kecintaan terhadap anak akan mudah sampai kepada diri-Nya. Sebab, doa orang tua adalah doa yang paling pertama Tuhan dengarkan.
Banyak dalam hidup ini dan mungkin di lingkungan sahabat sendiri, ada anak-anak yang tiba-tiba melupakan jasa orang tua. Ia pergi meninggalkan karena telah berhasil mencapai keinginan. Namun sayang, di balik keberhasilan tersebut ada terselip dosa besar terhadap orang yang sudah melahirkan dan membesarkan sahabat. Apa jadinya jika hal semacam ini terjadi pada orang-orang yang demikian? Saya yakin sahabat, keberhasilan yang mereka raih hanya bersifat semu. Lambat laun dengan beragam permasalahan yang datang akan menggerus apa yang sahabat miliki. Orang tua yang selama ini mendoakan kita bisa menarik kembali apa yang sudah menjadi kontrak mereka dengan Tuhan.
Kita lihat kisah berikut ini sahabat
Saya pernah membaca sebuah cerita, ada sebuah tradisi di Jepang yang membuang orang tua renta dan tak berdaya lagi ke hutan. Mereka dibuang karena dianggap hanya membebani kehidupan anak-anaknya.
Suatu hari ada seorang pemuda yang berniat melaksakan tradisi tersebut. Ia membuang ibu yang sudah lumpuh dan pikun. Ketika sampai di hutan, pemuda itu menggendong ibunya dan bergegas menyusuri hutan. Sang ibu tentu tidak berdaya dengan keadaan yang dialaminya. Di saat pemuda itu menyusuri hutan, ibu tersebut sepanjang perjalanan menggapai setiap ranting yang dilalaui kemudian dipatahkan.
Mereka berdua pun tiba di dalam hutan yang begitu lebat dan mengerikan. Si anak menurunkan ibu dari gendongannya sembari mengucapkan kata perpisahan dengan menahan rasa sedih yang terdalam karena tidak menyangka ibu yang telah merawatnya harus menerima perlakuan pahit dari sang anak. Meski anak terlihat begitu sedih, berbeda halnya dengan sang ibu, ia malah tampak tegar, senyum masih menyapa sang anak. Tiba-tiba ibu tersebut berkata;
“Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan penuh segenap cinta. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak pernah berkurang sedikit pun. Tadi ibu sudah menandai sepanjang perjalanan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat. Ikutilah tanda-tanda itu agar kau selamat sampai di rumah”
Apa yang terjadi sahabat?
Setelah mendengar kata-kata itu, pemuda tersebut menangis dengan sangat keras atas perbuatan yang telah ia lakukan. Ia pun kembali memeluk sang ibu dan kembali menggendongnya untuk diajak pulang ke rumah. Pemuda itu pun merawat ibunya hingga sampai sang ibu menemui ajalnya.
Apa yang bisa kita tangkap dari cerita di atas sahabat?
Orang tua layaknya malaikat yang senantiasa menjaga kita dengan penuh cinta. Ketika umur tua datang bahkan sekujur tubuh mulai rapuh, bukan berarti mereka seperti barang rongsokan yang tidak berguna. Jasa dan cinta yang sudah mereka limpahkan adalah alasan kita untuk membalas apa yang sudah diberikan, meskipun cinta kasih tersebut tidak akan pernah bisa dibalas.
Kalau pun kita merasa bahwa orang tua yang sudah tua renta hanya akan memberikan beban atau membuat kita susah, coba pahami mereka seperti mereka memahami kita dulu dari lahir hingga sekarang bisa berdiri tegak layaknya manusia super hero. Sekejam-kejam orang tua kita tidak akan pernah tega menyakiti anaknya, layaknya singa yang tidak pernah menyakiti anaknya. Orang tua punya rasa cinta yang sangat besar pada buah hati yang telah dilahirkan. Kalau pun kita tahu isi hati mereka, terkadang orang tua rela menderita untuk membuat sang anak bahagia. Meskipun kita jahat kepada mereka, bahkan tidak ada niatan untuk meninggalkan anaknya dalam keadaan apapun. Mungkin sahabat pernah kurang ajar terhadap kepada orang tua, namun kedua orang tua tetap mengasih dan menyayang anaknya.
Coba sahabat diam sejenak, merenungkan apa yang telah diperbuat sahabat kepada orang tua; membuatnya bahagia atau sebaliknya. Dengan cara apapun kita membalas semua yang sudah ia perjuangkan untuk hidup kita, sahabat tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan tersebut. Nilai tukar yang sahabat janjikan pun tidak akan pernah sebanding dengan darah yang telah mereka cucurkan untuk kita sejak lahir ke dunia ini. Oleh sebab itu, muliakan mereka selagi masih hidup, dan doakan jika sudah tiada. Buat mereka bangga memiliki anak seperti kalian, sebagaimana harapan mereka kepada Tuhan untuk diberi karunia anak yang tumbuh dengan sosok penuh kebaikan.
Ada cerita menarik dari seorang pengusaha baja, pemilik PT Artha Mas Graha Andalan. Ketika ditanya rahasia kesuksesan yang diraihnya, beliau menjawab, “Jadikan orang tuamu raja, maka rejekimu seperti raja. Jangan pernah memperlakukan orang tua seperti pembantu”
Menurut dia, apa yang berhasil ia raih sejauh ini merupakan kesuksesannya menyenangkan orang tua. Sudah sewajarnya bahkan kewajiban kita memberi kebahagian itu, sebab orang tua sudah melahirkan dan membesarkan kita. Keikhlasan orang tua menjadi bahan pertimbangan Tuhan untuk menganugerahkan sesuatu kepada kita. Apabila orang tua saja berani kita perlakukan dengan tidak baik, apalagi kepada orang lain.
Menurut sebuah survei lembaga yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti kaisar. Dan sementara anak-anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang senantiasa sibuk dengan urusan diri sendiri dan kurang peduli terhadap orang tuanya.
Jadi, belum ada kata terlambat untuk membuat orang tua sahabat bahagia, apabila orang tua sahabat masih hidup. Dan bagi yang sudah tidak memiliki orang tua, tetap berikan doa terindah bagi kedua orang tua sahabat agar mereka begitu bahagia melihat kepedulian anaknya meski pun sudah di alam yang berbeda. Cinta orang tua sebagaimana mencinta diri sahabat sendiri.
“Tidak ada kesempatan berharga selain kesempatan membahagiakan orang tua”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H