Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih Sekolah Politik Kerakyatan PAN Buat Pencerahanmu yang Terbukti

16 Februari 2016   14:37 Diperbarui: 16 Februari 2016   22:30 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Berpolitik harus tahu nilai. Dok. http://www.radarbangka.co.id/gambar/artikel-politik-praktis-sebagai-distorsi-harapan41_a.jpg"][/caption]

10 siswa-siswi terbaik sekolah politik kerakyatan Partai Amanat Nasional, Muhammad Burniat, Rifqi Syahrizal, Dzikrina Nur Fatimah, Irwan Setiawansyah, Ahlan Ramdhani, Nur Eka Aisyah R, Riyan Hidayat, Andrean Syarifudin, Mohammad Firdaus Martin, Maulana. Kepada nama-nama yang disebutkan silakan maju ke depan” kata Bang Bintang selaku pembaca surat keputusan wisuda siswa sekolah politik kerakyatan PAN angkatan 1.

Apa yang bisa diambil dari cuplikan kata-kata di atas? Apakah ada yang berpikir bahwa anak-anak tersebut merupakan anak-anak yang bergelut dengan politik? Atau ada yang berpikir kalau mereka adalah bagian dari anak-anak yang keluarganya berdarah PAN atau lainnya? Saya katakan TIDAK!

Mungkin ada yang bertanya apa alasan saya menulis cuplikan itu di awal kalimat tulisan ini. Ada hal yang menarik dari partai ini, terlepas dari kami sebagai siswanya dan pembelaan terhadap lembaga sendiri, apa itu? Jawaban yang tepat bisa seperti ini, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Kata-kata tersebut cocok saya lekatkan kepada PAN yang begitu menghargai kerja keras seseorang, bukan karena ia anak siapa dan utusan siapa, bukan pula seberapa hebat ia menjilat para petingginya, atau seberapa hebat ia menjatuhkan para saudaranya, melainkan apa yang bisa dilakukan dan perbuat untuk diri sendiri dan orang banyak. Saya merasa mendapatkan pelajaran itu sejak masuk dan mengikuti semua proses pengkaderan di Partai Amanat Nasional.

Saya akan bercerita sedikit mengenai diri saya terlebih dahulu. Secara garis keturunan, tidak ada sedikit pun darah politik yang mengalir dalam tubuh saya (mengaju pada keturunan politisi). Saya hanya anak kampung yang merantau ke Jakarta, tiba-tiba diperkenalkan dengan PAN, yang saya sendiri awalnya tidak tahu apa itu dunia politik secara mendalam. Bahkan tak ada satu pun dari orang PAN yang saya kenal karena saya benar-benar merantau seorang diri di Jakarta. Kemudian timbul pertanyaan, apa yang terjadi setelah saya bergabung di sekolah politik kerakyatan PAN?

Awalnya saya menyangka kalau orang-orang yang tergabung dalam partai politik hanya kalangan menengah ke atas. Hipotesa ini lahir dari kebutaan saya sekaligus sering kali mengkonsumsi informasi-informasi yang tak jelas terkait dunia partai politik. Akan tetapi, setelah saya memasuki gerbang PAN dan mengenal lebih jauh arti matahari yang tergambar besar di bendara itu, barulah saya mengerti bahw PAN TIDAK MENGENAL SIAPA KAMU, TAPI HANYA MENGENAL KINERJA MU.

PAN! BERGERAK!

PAN! SELAMATKAN INDONESIA!

Kurang lebih selama tiga bulan saya telah mengikuti segala proses pembelajaran politik dari sebuah partai bernama Partai Amanat Nasional. Berbagai macam pengalaman dan pengetahuan mengenai politik, ideologi bangsa, terutama PAN itu sendiri, tanggung jawab dan kewajiban serta pengembangan pengetahun dari teoritis menjadi praktis bisa saya rasakan dari partai ini. Bersama seluruh mahasiswa yang tergabung dari berbagai universitas di Jakarta, kami selaku siswa yang sebagian tak mengenail seluk beluk pergulatan dunia politik menjadi lebih sadar arti sebuah perpolitikan di bumi pertiwi.

Jujur saja, kali pertama ingin mengenal PAN bukan berawal dari keinginan saya pribadi, melainkan ajakan dari seorang senior di kampus. Dan niatan awal bergabung menjadi siswa politik kerakyatan PAN bukan didasari keingintahuan terhadap PAN, tetapi hanya ingin mengenal teman-teman baru dari kampus yang berbeda. Namun, semua itu berubah secara perlahan; sikap apatis saya terhadap partai berubah menjadi cinta, disebabkan sadar betul bahwa saya bisa memulai gerakan untuk orang banyak dari sebuah lembaga yang disebut partai politik. Selain itu, yang awalnya saya mengira partai hanya berisi ajaran kemunafikan, kini berubah menjadi sebuah wadah pergerakan yang progresif membangun watak pejuang untuk mengabdi kepada rakyat. Tidak itu saja, yang awalnya saya berpikir bahwa saya tidak bisa jadi apa-apa di dalam partai politik karena tidak ada garis keturunan yang mewarisi saya, kini menambah kepercayaan diri kalau saya bisa menjadi barisan terdepan bersama-sama berjuang untuk rakyat. Semua itu hanya saya dapatkan di sebuah partai yang dibangun oleh seorang revolusioner, bapak reformasi, pejuang hak-hak yang tertindas, yang saya hormati dan cintai, bapak Prof. Dr. Amin Rais.

Boleh dikatakan bahwa keberadaan saya sangat baru, dan bisa jadi pembelaan saya tidak sebagaimana mestinya. Cuma, terlepas dari benar atau tidaknya semua ucapan saya, tiga bulan bersama PAN adalah landasan saya mengangkat nama partai yang lahir dari rahim reformasi ini.

Sebagai mahasiswa filsafat, selama masuk dalam basis pembelajaran politik, kebuntuan akan wawasan politik dan kekelaman akan paradigma yang terbangun atas tudingan dunia politik yang dianggap busuk, perlahan membuka cakrawala saya. Pencerahan mengenai arti  perpolitikan dan permainan dalam sebuah partai menjadi pembelajaran yang tidak akan pernah bisa saya lupakan. Kesimpulan awal yang mengira-ira dan termakan asumsi yang beredar di tengah masyarakat juga ikut memberikan jawaban yang tepat seperti apa dunia politik bergema. Bukan itu saja, orang-orang yang kerap kali berdalil akan eksistensi partai politik hanya sebagai lembaga yang mempermainkan masyarakat; datang di saat membutuhkan rakyat, dan lupa ketika menerima jabatan, merupakan kecamanan keras yang diajarkan selama dalam proses perkuliahan. Mengapa saya bisa mengatakan hal semacam ini? Jawaban singkat yang sangat mengena di hati saya bahwa PAN selalu meneriakan kata-kata PAN! Selamatkan Indonesia! PAN berjuang bersama Rakyat dan PAN adalah partai pergerakan.

Mungkin ada sebagian yang akan bilang kalau kata-kata di atas terlihat manisan saja, atau bisa pula berupa retorika yang terlalu berlebihan. Jika asumsi demikian yang terpikir, saya anggap hal yang wajar, sebaliknya kalau saya itu tidaklah tepat. Sekolah yang didirikan oleh PAN  tidak hanya mengajarkan siswanya teori saja, atau bahkan mendoktrin menjadi pejuang-pejuang PAN yang mengawal di barisan depan, tetapi kata-kata rakyat terus diteriakan, kemudian diimplementasikan dalam sebuah Praktek Kuliah Lapangan yang terjun langsung merasakan kehidupan rakyat. Satu per satu siswa SPK PAN pun ditempatkan di rumah-rumah warga, hidup layaknya kehidupan masyarakat tersebut, bersatu dan ikut andil memberikan ide-ide serta motivasi bagi masyarakat. Terbukti, selama saya mengikuti PKL tersebut rakyat merasa ada barisan anak-anak muda yang mempedulikan mereka. Kepercayaan akan sebuah partai politik kembali terbangun. Kalau bisa saya mengambil ahli pikiran mereka, mungkin di benak mereka akan mengatakan bahwa masih ada masa depan yang cerah untuk negeri ini. Hal yang paling berkesan untuk menunjukan kepercayaan itu terbukti kembali adalah ketika kami siswa-siswi SPK PAN meninggalkan kampung halaman dan rumah-rumah yang ditempati, cucuran air mata membasahi pipi kepolosan mereka; bukan hanya ibu-ibu yang sudah kami angkat sebagai orang tua, tetapi juga bapak-bapak pejuang ikut merasakan kehilangan. Wajah-wajah tak berdosa, yang menunggu perubahan nyata menunjukan respon dari kesedihan mereka. Saya menarik sebuah kesimpulan besar, jika saja para pembesar negeri ini tahu bagaimana hidup mereka secara langsung, oh alangkah busuknya perbuatan yang sudah dilakukan kepada rakyat. Habis manis sepah dibuang; pemilu datang, calon bergerayangan.

Selama belajar di SPK PAN, saya menemukan jalan cerah untuk negeri ini jika saja semua partai politik berpikir yang sama; hidup bersama rakyat dan membangun kader-kadernya dengan doktrin selamatkan rakyat Indonesia. Sistem monarki dilepaskan, lalu memberikan hak dan kesempatan kepada semua orang untuk berjuang demi nama RAKYAT. Saya begitu yakin akan banyak orang cerdas dengan hati tulus berjuang demi rakyat yang akan lahir, “Jika mengawali sesuatu dengan niatan yang baik, maka hasil pun akan menjadi baik”. Dan sekali lagi saya dapatkan itu dari Partai Amanat Nasional.

Sekolah di sekolah politik kerakyatan sudah berakhir, namun perjuangan atas nama RAKYAT baru akan segera dimulai. Semua siswa-siswi selalu diingatkan oleh pengurus sekolah tentang gerakan yang selama ini kami teriakan. Tidak akan ada kata berhenti, selama hayat masih di kandung badan. Dan tidak akan ada kata puas, selama Rakyat masih ada yang disengsarakan.

Selain pihak sekolah, terutama PAN sendiri yang sudah memberikan dukungan sepenuhnya untuk membangun jiwa-jiwa pembesar negeri ini yang berjuang atas nama rakyat, saya juga mengucapkan terima kasih banyak kepada para saudara-saudara seperjuanganku. Dari sebuah partai bernama PAN, saya belajar banyak hal, bukan politik saja, tetapi juga arti sebuah kehidupan, kebersamaan, kesetiawakawanan, kerja sama, perjuangan, dan bahkan arti sebuah rakyat di mata kita sebagai agen perubahan. Saya percaya akan ada cerita menarik untuk negeri ini, anak cucu kita nanti dan mari kita bersama kembali seperti ajaran sekolah kita untuk berjuang selamatkan INDONESIA!

Ingat kata bapak kita yang tercinta, kepada yang terhormat bapak Soekarno “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”. Mungkin kata-kata ini terdengar begitu dahsyat sehingga sulit untuk kita lakukan, namun saya percaya hal itu bisa dilakukan karena kita sudah melewati hari-hari itu bersama. Jangan pernah redup bahkan padam untuk berjuang dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Ingat siapa kita, perkataan guru kita dan didikan yang sudah diajarkan untuk kita. PAN! Bergerak, Selamatkan Indonesia!

 

Jakarta, 16 Februari 2016

Anak Bangsa Yang baru belajar politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun