Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Resensi Buku] Seribu Sayap Malaikat

21 Januari 2016   16:31 Diperbarui: 21 Januari 2016   16:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seribu Sayap Malaikat adalah sebuah novel yang berkisah tentang kehidupan saya pribadi."][/caption]Seorang anak laki-laki bernama Burniat berjuang keras untuk menuntaskan pendidikan di bangku sekolah. Berbeda dari anak-anak yang lain, di saat sekolah menjadi kebutuhan dan kewajiban bagi orang tua terhadap anak, Burniat malah tidak beruntung mendapatkan itu. Bukan karena keluarga tidak peduli atas kawajiban tersebut, melainkan kondisi ekonomi yang berbicara; lahir dari seorang Ibu yang sudah 3 kali menjanda dan seorang Ayah yang menyandang tunanetra, tunawicara, dan tunarungu. Kedua kakak perempuannya pun harus menikah di usia sangat muda untuk mengurangi beban ekonomi keluarga.

Selama mewujudkan mimpi besarnya, Burniat harus menghadapi berbagai permasalahan; berawal dari sebuah panti asuhan yang memperlakukan dirinya tidak baik, sekolah yang harus berpindah-pindah, bekerja layaknya seorang pembantu rumah tangga hingga akhirnya mengharuskan dia membagi waktu untuk sekolah dan bekerja. Rupiah demi rupiah terkumpul untuk menunjang kebutuhan sekolah dan pribadinya, tanpa berani meminta kepada keluarga. Semua itu Burniat lakukan karena ia sadar betul kehidupan yang kedua orangtuanya alami.

Dengan penuh keberanian, cinta dan kasih sayang terhadap keluarga, cita-cita untuk menyenangkan kedua orang tua, dan meraih mimpi besar melalui bangku sekolah, pada ujungnya menemukan jalan yang tak terduga. Secara perlahan Burniat pun berhasil menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah. Tuhan pun tidak menghentikan perjuangan anak seorang janda dan penyandang tunanetra, tunarungu dan tunawicara tersebut, melainkan memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar di Ibu kota.

Keluarga pun tak ada yang menduga perjalanan Burniat bisa sejauh ini. Semangat perjuangan dan cita-citanya memberikan kekuatan untuk menembus keterbatasan itu. Emak¾panggilan buat ibu yang telah melahirkannya¾hanya bisa tersenyum dan bangga atas apa yang sudah dilakukan oleh putra pertamanya. Orang-orang yang dulu sempat merendahkan emak karena yakin kalau anak-anaknya tidak akan ada yang bisa sekolah, kini malah berbalik arah memuji.

Burniat yakin bahwa Tuhan akan senantiasa membantu setiap hamba yang berjuang untuk kebaikan, apalagi untuk membahagiakan orang-orang di sekelilingnya. Hidup serba kekurangan bukan menjadi penghalang selagi masih yakin ada kekuatan besar yang akan menolong. Sebagaimana dikatakan sebuah hadist;

Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya” (HR. Ahmad dan Ibnu majah)

Bagaimana Burniat memperjuangkan keinginan besarnya itu?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun