Program pilih buku ini, sungguh telah meningkatkan minat baca siswa SD Negeri 71 Parepare. Buku yang dipilih oleh siswa adalah buku yang disukainya, sudah barang tentu siswa yang bersangkutan akan senang membacanya. Kegiatan ini juga bernuansa rekreasi, maklum sekolah ini terletak di luar kota sehingga siswa akan sangat gembira jika diajak ke toko buku yang berada di pusat kota. Hal ini membuat siswa yang lain sangat ingin mengikuti kegiatan bulanan tersebut. Mereka pun beromba-lomba masuk ke perpustakaan untuk membaca, sehingga bisa terpilih mengikuti kegiatan pilih buku ini.
Pilih Buku ini memang membutuhkan dana dalam pelaksanaannya. Namun, hasil dari kegiatan ini sungguh sangat besar. Para siswa saat ini telah meningkat pesat yang gemar membaca. Penganggaran dari dana BOS pertriwulan sekitar Rp. 1.500.000,-. Hal ini tentu didukung oleh regulasi berupa Undang-undang No. 43 tentang Perpustakaan yang menekankan penganggaran untuk perpustakaan minimal 5% dari total anggaran. Kurangnya toko buku di Kota Parepare, sedikit membuat kegiatan ini terkendala. Toko buku yang ada dan semuanya telah dikunjungi adalah Toko Artis, Toko 1001, Arrayyan, dan Alfarabi. Ada toko buku yang telah berulang sampai 5 kali, sebagai objek Pilih Buku.
Dua tahun sudah Pilih Buku telah terlaksana. Ratusan buku tambahan bahan bacaan siswa sudah ada di perpustakaan Merah Putih SD Negeri 71 Parepare. Hari itu, seperti biasanya aku menyempatkan masuk  ke perpustakaan setiap minggunya. Jelas sekali perbedaan suasana perpustakaan dengan dua tahun lalu itu. Dua puluh sampai tiga puluhan siswa asyik membaca di perpustakaan.Â
Suasana itu sudah tampak beberapa minggu lalu. Tentu dan jelas sekali pengaruh dari kegiatan Pilih Buku itu. Pilihan-pilihan buku yang diminati siswa untuk dibaca sudah semakin banyak. Hebatnya lagi, ada kondisi dimana siswa "berebutan" meminjam buku-buku pilihan, hasil dari Pilih Buku tadi. Para siswa bahkan ada yang meminjam buku yang masih dipinjam siswa lainnya. Beberapa minggu yang lalu, melihat kondisi perpustakaan yang mulai "gaduh" karena antusias siswa membaca, maka aku pun bergerak cepat.Â
Perpustakaan Merah Putih dilengkapi dengan dua Air Conditioner (AC) agar siswa semakin nyaman di perpustakaan membaca. Petugas perpustakaan yang semakin sibuk mencatat buku pembaca dan peminjaman, difasilitasi dengan alat barcode. Hanya dengan mendekatkan alat barcode ke kartu perpustakaan siswa serta buku yang dibaca dan dipinjam, semuanya telah terekam di komputer.
Aku belum puas sebelum siswa-siswaku puas. "Kami senang membaca!!." Yah, aku mau mereka mengatakan itu, meski hanya tergambar dari raut wajahnya. Mendampingi kegiatan Pilih Buku, ada kegiatan Reading Tour. Siswa-siswa yang rajin membaca di perpustakaan dan teras baca, diajak ke tempat-tempat yang asyik. Semacam tempat rekreasi sederhana di Kota Parepare.Â
Sebulan sekali mereka pergi ke tempat-tempat itu, untuk membaca. Mereka memang telah membawa buku untuk dibaca di tempat itu. Senyum mulai merekah di wajah mereka. "Ternyata asyik juga kalau kita rajin membaca." Itulah yang terbaca diraut wajah mereka setelah pulang dari Reading Tour. Jika keduapuluh siswa yang ikut tadi menceritakan asyiknya membaca di tempat itu kepada 5 orang temannya, maka imbasnya akan dahsyat. Ada 100 siswa yang mendengar asyiknya Reading Tour itu. Setengahnya saja yang tertarik, maka ada 50 siswa mulai rajin membaca.
Usaha-usaha masif dalam gerakan literasi memang harus dilakukan. Kalau tidak, maka pengaruh-pengaruh masif yang menjauhkan generasi ini dengan budaya baca, akan melenggang sukses. Sudah bukan waktunya, sekolah hanya melihat pisik siswa membaca, lalu mengatakan budaya baca telah tertanam. Biarkan siswa mengatakan "Aku senang membaca, karena asyik." baik dengan mulut maupun hanya dengan raut wajah. Itulah keberhasilan yang sebenarnya. SEKIAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H