“Mas Danish berani main flying fox…” tanya saya kepada Danish putra pertama saya saat liburan kemarin.
“Flying fox yang gimana… yang tinggi ada talinya itu ya…” tanya dan jawabnya sambil melihat arena flying foxnya.
“Iya… Dulu, sewaktu masih TK, pas out bond Mas Danish kan berani main flying fox…” Rayu saya kepada Danish agar ia mau dan berani main flying fox.
“Ya.. iya, aku mau. Tapi sama papa ya…” kata Danish dengan muka antara sedikit senang dan takut.
“Loh… ya ndak, ya mas Danish sendiri..”
Kemudian saya menuju loket untuk membeli karcis, tetapi sayangnya untuk main flying fox berusia minimal 15 tahun.
Akhirnya sayapun mendampingi Danish untuk main flying fox bersama. Dan, selama di atas, saya gunakan berbincang – bincang dengan Danish.
“GImana mas rasanya…” kata saya sambil memegangi tali
“Enak pa, isis, pemandangannya bagus” jawabnya.
“Hebat, mas Danish berani” puji saya atas keberaniannya main flying fox yang lumayan tinggi dan jauh ini.
Penting bagi saya sebagai orangtua untuk menjadikan anak – anak menjadi pribadi yang optimis. Sikap optimis penting bagi anak untuk membuatnya siap dan berani dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depannya.
Pertama - tama saya yakinkan kepada anak – anak untuk selalu berdoa setiap sebelum memulai sesuatu. Dengan berdoa, anak akan merasakan bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan selalu melindunginya.
Memberikan kesempatan dan yang menantang kepada anak adalah salah satu cara yang saya gunakan untuk menumbuhkan optimis dan berani pada diri anak – anak. Kemampuan anak menyelesaikan tantangan yang ia hadapi menjadikan percaya dirinya tumbuh.
Selain itu, sebisa mungkin saya berusaha untuk selalu menghindari kata – kata yang negative kepada anak – anak. Kalimat positif yang sering anak dengar menjadikannya anak yang selalu berpikir positif dan optimis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H