Mohon tunggu...
Mokhamad Solikhan
Mokhamad Solikhan Mohon Tunggu... lainnya -

Mokhamad Solikhan adalah seorang penulis yang juga praktisi dan pemerhati pendidikan di Indonesia . Kecintaannya kepada dunia pendidikan menjadikannya seorang pendidik yang fokus untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Saat ini, selain aktif mengajar ia juga seorang master trainer di bidang motivasi, presentasi, pendidikan, dan parenting.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengajarkan Nilai Uang Sejak Dini Kepada Anak

19 Juli 2015   21:44 Diperbarui: 19 Juli 2015   21:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana sebelumnya, Perayaan Idul Fitri kali ini, saya, istri, dan kedua putra saya menggunakannya untuk bersilaturrahim ke rumah saudara – saudara, baik saudara dari saya maupun saudara dari istri. Salah satunya adalah bersilaturrahim ke rumah Bu Pris (begitu saya dan istri memanggilnya). Bu Pris adalah adik dari ibu mertua saya.

Begitu sampai di rumahnya kami masuk dan bersalam – salaman.Setelah lumayan lama bermain dan berbincang – bincang, kami pun berpamitan pulang. Tetapi, sebelum pulang, bu Pris memanggil kedua putra saya. 

“Mas Danish, sini… Ini untuk mas Danish… Ini untuk adik Rizal…” kata bu Pris, budenya anak – anak sambil menyerahkan dua amplop kecil bergambar kartun anak.

“Terimakasih…” Jawab anak - anak serentak.

“Sama – sama… Mau dibuat apa uangnya nanti?” tanya bu Pris kembali

“Ditabung, biar uangnya banyak” jawab Danish.

“Oh, pintarnya… kirain buat beli mercon kaya’ mas Bagus…” puji dan jawab bu Pris.

Salah satu tradisi dari perayaan Idul Fitri adalah memberi uang sangu kepada anak – anak. Sejak saya kecilpun tradisi ini sudah ada dan terus bertahan hingga sekarang.

Sayangnya, di era yang modern dan canggih seperti saat ini, bagi sebagian anak uang saku mereka yang terkumpul mereka gunakan untuk hal – hal yang kurang bermanfaat. Misalnya, untuk beli mercon (petasan), beli mainan, handphone baru, main game online, atau lainnya.

Biasanya, anak – anak yang menggunakan uang saku lebaran untuk hal – hal yang kurang bermanfaat karena mereka belum mengerti tentang nilai uang dan bagaimana menggunakannya dengan baik.

Alhamdulillah, putra pertama saya Danish (meskipun usianya baru 6,8 tahun) ternyata ia sudah mengerti nilai uang dan mampu menggunakannya dengan baik.

Saya sangat senang dan tidak menyangka pada saat ia menerima uang pemberian dari budenya dan ia jawab bahwa uangnya akan ditabung.

Tentunya, jawaban Danish bukanlah jawaban spontanitas tetapi hasil sebuah proses pembinaan yang kami lakukan dalam kesehariannya. Kepadanya saya ceritakan bagaimana saya dan istri saya bekerja dan berusaha untuk mendapatkan uang.

Kemudian, saya membiasakan kepada anak – anak untuk menabung. Saya ceritakan kepada mereka, dengan menabung uangnya akan terkumpul banyak. Kalau uangnya banyak, uangnya bisa kamu gunakan untuk berenang atau outbond. Saya menggunakan contoh berenang atau outbond karena kedua kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang paling disenangi anak – anak.

Alhamdulillah, kebiasaan menabung sejak dini yang kami tanamkan kepada anak – anak telah menunjukkan hasil yang positif. Yaitu, dimana ketika anak – anak yang lain menggunakan uang lebarannya untuk membeli petasan, main game online, atau membeli mainan tetapi tidak untuk putra – putra saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun