Mohon tunggu...
Mitta Testiasari
Mitta Testiasari Mohon Tunggu... -

be your self...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keranjangku Hilang Tergerus Zaman

22 Oktober 2012   15:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Istilah belanja tentu bukan hal yang asing bagi kita. Semua dari kita pasti pernah melakukan aktivitas ini. Aktivitasini pun melaju seiring perputaran waktu,kemudahan serta peringkasan waktu pun menjadi hal yang sangat dimanjakan.

Sebagai wanita yang masih duduk di bangku SD, berjalan kaki bersama ibu dengan menenteng keranjang belanja menjadi aktivitas rutin di minggu pagi.  Kami berjalan kaki untuk menuju ke pasar tradisional. Maklum jarak rumahku tidak begitu jauh dengan pasar. Layaknya suasana pasar yang biasa aku jumpai, di sini aku bisa melihat orang-orang dari penjuru daerah menjajakan dagangannya.Pedagang itu seakan tak punya kata lelah untuk selalu melanjutkan lagu menawarkan dagangannya pada setiap pembeli yang melewati depan kiosnya. Tak hanya pedagang yang meramaikan seisi pasar, namun pembeli juga turut menambah sesak pasar. Kaki kami terus mengitari pasar, berhenti pada kios satu ke kios yang lain hanya untuk mengisi keranjang  dengan daftar dalam catatan di tangan ibuku. Bibir ibuku seakan begitu lihainya berucap kata rayu untuk menawar barang pada si pedagang.  Namun ternyata tak hanya ibuku yang mengeluarkan kata rayunya untuk menawar, karena ketika aku melihat sekeliling para pembeli yang lain juga mengeluarkan jurus merayunya agar harga sesuai dengan kantong uangnya. Seakan tawar menawar menjadi tradisi ketika berbelanja di pasar agar tak ketipu harga. Bahkan setiap kali membeli barang ibuku selalu memilih-milih barang yang menurutnya terbaik sebelum lembaran-lebaran uang ibu keluarkan dari dompetnya. Pikirku, begitu rumit dan selektifnya proses membeli di pasar. Tak jarang di saat menyusuri jalanan pasar, rona kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah ibuku saat  bertemu dengan sanak keluarga atau tetangga. Dan isi keranjang belanjaan seakan menjadi bahan diskusi yang menarik diantara kami. Panas matahari seakan mengiringi langkah kaki kami menyusuri pasar. Lelah kaki tak menyurutkan semangat kami mengisi penuh kerangjang dengan barang belanjaan. Dan senyum bahagia akan tergores di wajah penuh keringat dengan kepuasaan mengisi keranjang namun tak menguras isi dompet karena berhasil merayu pedagang ketika tawar menawar bergulir.

Namun dengan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, keranjangku seakan ikut hilang. Hilang bersama dengan kemewahan pasar tradisional dulu yang menjadi rutinitas ku setiap minggu pagi. Hilang bersamaan dengan menjamurnya tradisi belanja online. Dan aku, aku yang dulu begitu menikmati suasana belanja di pasar, sekarang seperti mengikuti arus yang sudah beralih ke tradisi belanja online. Aku tak membutuhkan keranjang ku kembali untuk meletakkan barang belanjaanku karena aku hanya membutuhkan laptop untuk berbelanja. Jika dulu aku menghabiskan hampir setengah hari minggu untuk mengisi penuh keranjang dengan belanjaan, namun sekarang aku hanya membutuhkan kurang lebih satu jam saja untuk membeli barang-barang yang aku inginkan. Dan menurutku kini proses belanja tak lagi serumit dan seselektif proses belanja di pasar dulu. Waktu pun jug tak akan terbuang habis dengan adanya tradisi belanja online. Ketika aku ingin berbelanja, aku tinggal menyalakan laptop, mengkoneksikan ke internet dan masuk ke situ-situs belanja online, semua barang akan segera ditampilkan dalam bentuk foto. Hal yang paling mengasikkan adalah ketika mataku mulai pusing melihat foto-foto barang  dan memilih dari beberapa foto tersebut yang cocok dengan diriku dan kondisi keuanganku.  Yaa…meskipun aku sudah melihat barang yang aku beli lewat foto namun barang itu kan belum pernah aku coba, dan rasa penasaran sering muncul saat menunggu datangnya kiriman paket barang yang telah aku beli. Namun sensasi tawar menawar nampaknya tak begitu berlaku di belanja online ini karena biasanya aku hanya akan menawar saat aku membeli barang pada situs belanja online tersebut dalam jumlan banyak. Meski tawar menawar tak semudah di lakukan di pasar, namun bagiku itu hal yang pantas dan wajar karena menurutku sejumlah barang yang ditawarakan di situs-situs belanja online itu terbilang sulit ditemukan di pasaran bahkan terkadang untuk design barangnya misalnya baju, tas atau sepatu aku bisa mendesign sendiri dengan mengirimkan contoh gambar pada alamat email yang tertera pada situs tersebut. Prose pembayarannya juga terbilang mudah, ketika kesepakatan sudah aku dan pihak penjual setujui, aku akan diberi no rekening penjual dan aku akan mentransfer sejumlah uang sesuai dengan harga barang ditambah dengan ongkos kirimnya. Setelah konfirmasi transfer uang, keesokan harinya aku akan diberi no resi pengiriman barang oleh penjual sebagai bukti bahwa barang yang aku beli sudah dikirim. Dan penantian kurir pengirim barang pun akan segera dimulai. Bagi wanita yang kini menjadi mahasiswa, belanja bisa kapan saja, bisa dilakukan sambil menonton tv, sambil chatting, atau bahkan sambil searching bahan untuk tugas karena kemudahan belanja online yang begitu terasa. Dan dengan berkembangnya belanja online ini perlahan-lahan melenyapkan keranjang belanjaku.

Namun disamping adanya kemudahan yang dijanjikan oleh sistem belanja online, tentu saja ada kekurangannya. Dibandingkan dengan belanja di pasar yang dapat melihat secara langsung barang yang aku beli bahkan pedagangnya, belanja online ini lebih rentan terhadap penipuan. Belanja online yang barangnya hanya bisa aku lihat dari foto-foto di situs websitenya terkadang menimbulkan kekecewaan terhadap kondisi barang yang tidak sesuai dengan harapanku. Penipuan juga bisa terjadi pada pihak pedagang karena terkadang ada kasus pembeli yang sudah mentransfer pembayaran barang secara lunas namun pihak pedagang tidak mengirimkan barangnya pada pembeli. Jadi, kuncinya ketika kita melakukan pembelian secara online  kita sebagai pembeli harus bisa selektif dalam memilih situs-situs resmi belanja online. Tidak hanya itu, kita juga harus pintar-pintar dalam memilih barang supaya tidak timbul kekecewaan ketika barang yang kita beli sudah sampai di tangan kita. Kepercayaan harus ada saat kita terjun dalam belanja online baik kita sebagai pedagang maupun pembeli.

#Midazz

@midazzcom

@kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun