Hari lahan basah sedunia tahun ini yang mengambil tema 'Lahan Basah dan Perubahan Iklim' untuk pertama kalinya dirayakan di Jawa Tengah, bertempat di SMP Negeri 3 Wedung, Kabupaten Demak, Wetlands International Indonesia dan konsorsium Ecoshape merayakan Hari Lahan Basah bersama ratusan siswa, masyarakat dan juga pemerintah daerah. Perayaan ini juga untuk memperkenalkan pentingnya mangrove sejak dini untuk menyelamatkan kawasan pesisir menjadi sebuah langkah awal untuk  bersama-sama menyelamatkan pesisir Demak dari dampak perubahan iklim.
Head of Office Wetlands International Indonesia  I Nyoman Suryadiputra dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan hari lahan basah sedunia diperingati setiap tanggal 2 Februari di seluruh dunia, untuk di Indonesia khususnya di Demak hari lahan basah dirayakan pada hari ini. Tema lahan basah dan perubahan iklim tahun ini mempunyai arti bahwa hutan mangrove merupakan salah satu contoh lahan basah yang harus kita selamatkan. Diselamatkan tidak hanya sebagai pendukung keanekaragaman hayati tetapi juga adanya perubahan iklim global.
Akibat adanya perubahan iklim global, muka air laut mengalami peningkatan sekitar 3 - 5 mm pertahun. Apabila kita tetap menjaga keberadaan hutan mangrove, maka  mangrove mampu menangkap lumpur di pesisir pantai yang akan melindungi  daratan dari ancaman naiknya muka air laut. Keberadaan hutan mangrove juga akan menyerap gas rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil yang akan mengemisikan gas rumah kaca kemudian diserap oleh tanaman mangrove.
Dengan mempertahankan keberadaan hutan mangrove kita bisa beradaptasi dengan adanya iklim yang berubah dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang sudah terlepas di atmosfir. I Nyoman Suryadiputra berharap Peringatan hari lahan basah sedunia bisa membangkitakan kesadaran para sisiwa sejak dini untuk menjaga kelestarian hutan mangrove, tidak hanya yang tersisa tetapi juga ikut menanam kembali tanaman mangrove di lokasi-lokasi pesisir untuk mencegah abrasi kawasan pesisir dari hantaman gelombang.
Perubahan iklim yang menjadi tema perayaan menjadi perhatian khusus Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Demak, melalui perwakilannya Suharto, menyampaikan bahwa perubahan iklim juga mulai dirasakan masyarakat di Demak, salah satunya semakin tingginya permukaan laut dari tahun ke tahun, dampaknya sudah ada ribuan hektar tambak di pesisir Demak tenggelam, tidak hanya kerugian secara ekologi tetapi juga ekonomi dan sosial. Dengan peringatan hari lahan basah pihaknya berharap masyarakat di Demak semakin peduli untuk menjaga lingkungan terutama dimulai dari lingkungan rumah tangga dengan mengurangi penggunaan plastik.
Lahan basah sebagai salah satu aset untuk keberlanjutan kehidupan harus dijaga dan dilestarikan, untuk itu  perayaan hari lahan basah sedunia yang dilaksanakan setiap tahunnya diharapkan bisa semakin populer di masyarakat, tentu tidak hanya sebatas seremonial belaka tetapi juga kepedulian untuk melestarikannya, semoga!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H