Sejak lama orang merasakan bahwa dunia setelah Perang Dunia II,berada dalam dikotomi.Sebuah tatanan yang mau tidak mau memunculkan dikotomi Superior dan Inferior.Superioritas memiliki tatanannya tersendiri.Dan kutub ini mengarah kepada negara-negara di Eropa dan Amerika serikat.Superioritas ini nampak nyata dalam sosio kultural.Eropa dan Amerika begitu gencar dan fasih membuat trend gaya hidup dan popularitas budayanya.Di kutub yang lain,terdapat negara-negara seperti negara kita.Yang masih dipeluk dan disetubuhi oleh kutub inferioritas.Sebagai negara yang hanya terus menerus "sedang" berkembang.Budayanya dikagumi namun tetap kalah fasih berbicara di ajang dunia.Banyak faktor yang menyebabkan dikotomi semacam ini tetap berkembang.Muaranya berada pada kepedulian dan pencerahan pada diri kita sendiri.Untuk sampai pada suatu pemahaman bahwa kesejajaran,terutama dalam popularitas budaya,adalah hal yang harus diupayakan. Nampaknya upaya untuk fasih membicarakan budaya sendiri pada ajang dunia,masih diliputi kabut keniscayaan.Masih harus menguak belantara yang menutup rasa cinta yang berwujud kepedulian terhadap budaya sendiri.Salah satu yang nampak nyata adalah yang terjadi pada ranah seni musik.Khususnya musik tradisionil. Tulisan ini dimaksudkan sebagai sekedar telaah.Terhadap fenomena yang telah dialami seni musik tradisional Jawa.Gagasan dan muaranya adalah dengan sejenak menatap fenomenan sebuah contoh kesenian,merajut kepedulian dengan semburat pencerahan pemahaman sampai pada pengejawantahan laku bangga akan budaya sendiri.Sebuah syarat pokok agar seni dan budaya kita lebih fasih berbicara di ajang dunia. Saat mendengar kata gendhing(komposisi musik untuk gamelan Jawa),sebagian besar orang akan terpersepsikan pada sajian musik gamelan Jawa.Impresi yang dicecap inderawi orang,terutama para anak muda, adalah sebuah bebunyian yang "aneh".Aneh dalam artian mistis dan juga lambat,lamban dan tidak dinamis.Malah ada yang pasti tertidur jika mendengar sajian gendhing.Sebagian komunitas memang masih menunjukkan impresi antusiastik terhadap gendhing.Namun jumlah mereka tidak banyak.Dan jelas kalah fasih saat berhadapan dengan musik barat yang lebih merangsang melalui kemasan industrinya. Di bagian lain,gendhing mendapat tempat yang representatif.Bahkan prestisius.Anehnya,fenomena ini terjadi di Amerika Serikat.Sebuah negara simbol superioritas.Dan fenomena ini sebetulnya telah berlangsung sejak beberapa dekade silam.Adalah Lou Harrison,komposer musik kontemporer,yang bersama kawan-kawannya menempatkan gendhing dan juga gamelan Jawa pada tempat prestisius dalam semesta kesenian di Amerika Serikat. [caption id="attachment_76450" align="aligncenter" width="300" caption="Lou Harrison dengan peralatan buatan USA"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H