Awal maret tahun ini, saya menemukan sebuah film yang mengusung tema tentang cinta yang sederhana namun dikemas dengan cukup menarik dan indah.Dalam film ini tokoh utama berperan sebagai seorang penulis yang amat menyukai senja. Sekadar mengulas isi cerita, bahwa si tokoh tak bisa menikmati senja yang begitu indah seumur hidupnya sebab ia mengidap penyakit turunan yang menyerang penglihatannya, yaitu rabun senja dan semacam katarak. Semakin lama daya penglihatannya semakin menurun.
Terlepas dari kisah yang ditampilkan dalam film ini, saya ingin membuat sedikit opini bahwa film ini cukup bagus untuk dijadikan media pembelajaran sastra, khususnya bagi para siswa sekolah menegah untuk mengapresiasi genre puisi. Sebab dalam narasi monolognya sang tokoh utama menguraikan rangkaian kalimat berupa sajak yang ia ciptakan atas kekagumannya pada senja, sampai pada akhirnya ia merasa amat kecewa karena penyakit yang dideritanya. Ia menganalogikan terang dan gelap, cahaya dan sebagainya sebagai ungkapan perasaannya. Sajak tersebut juga tertulis dibalik sebuah potret senja yang begitu indah. Tentu saja visualisasi gambar yang ditampilkan dalam film ini akan sangat mendukung daya imajinasi penonton. Belum lagi musik instrument pendukung yang membuat penonton akan ikut terlarut dalam suasana yang dialami sang tokoh.
Maka dari itu saya menyimpulkan film ini bisa dijadikan sebagai media pembelejaran mengapresiasi sastra khususnya puisi. Meskipun ada sebagian opini bahwa pesan dari film ini tidak tersampaikan dengan baik, sebab bahasanya yang terlalu puitis dan sulit dipahami maknanya. Tetapi menurut saya pribadi, film ini termasuk ke dalam film yang berkualitas.
