Mohon tunggu...
Meitasari Septoro
Meitasari Septoro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gokil, ngocol...Nyante ajah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Terbuka untuk Menteri Pendidikan Nasional Indonesia beserta Jajarannya

24 Februari 2014   23:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang terhormat Menteri Pendidikan Nasional Indonesia, beserta jajarannya dan kepanjangan tangannya : para guru di seluruh Indonesia.

Salam pendidikan !

Saya adalah seorang ibu dari 4 orang anak. Anak saya yang bungsu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Sungguh saya merasa sangat prihatin dengan carut marutnya kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang berganti di setiap pergantian menteri, sungguh meresahkan kami sebagai orang tua.

Kurikulum 2013 baru saja dicanangkan, tetapi berita yang simpang siur, kesiapan yang amburadul membuat kurikulum ini tidak layak untuk diterapkan.

Dan sebentar lagi, kita akan menghadapi PEMILU 2014, yang artinya akan berganti cabinet dan mentrinya lagi. Untuk apa sebenarnya KURIKULUM tersebut dipaksakan untuk diterapkan ?

Sebenarnya apakah yang pemerintah cari ? Apakah masa depan generasi penerus dan bangsa ini menjadi pertaruhan untuk mengeruk keuntungan dari setiap hal yang dapat dibisniskan, misalnya buku, berdirinya institusi pendidikan tandingan : BIMBEL terkenal dll ?

Tentu kita setuju, bahwa pendidikan menjadi pilar utama bagi kesejahteraan dan peradaban bangsa. Tetapi, jika anda semua sebagai penentu kebijakan, hanya memikirkan keuntungan, apakah jadinya bangsa ini kelak ?

Pendidikan sekarang, dengan kurikulum yang ada hanya mengedepankan pengetahuan, yang hasilnya secara umum walau tidak menyeluruh, lebih banyak mencetak generasi yang pandai membohongi orang lain, mengambil keuntungan yang bukan haknya. Terbukti dengan mentalitas korupsi yang sudah menggurita dari hulu sampai hilir.

Inikah produk wajah pendidikan kita ? Pendidikan yang kurang mengedepankan pendidikan karakter bangsa yang luhur ?

Belum lagi mental para guru, yang mengajar murid-muridnya sebisanya tanpa bekal yang memadai. Terutama bekal psikologi pendidikan anak.

Sebagai contoh, murid kelas 3 SD yang masih membutuhkan banyak pendampingan orang tua, sekarang ini banyak mendapatkan tugas yang harus diketik computer, juga referensinya diambil dari internet. Apakah ini dibenarkan dan sudah dipertimbangkan masak-masak ? Bagaimanakah jika ia ke Warnet tanpa pendampingan orang tua, karena orang tuanya masih bekerja ? Kemudian secara tidak sengaja mereka membuka situs yang seharusnya belum boleh untuk umur mereka ?

Saya ingat wawancara Walikota Surabaya dalam sebuah tayangan di sebuah station televisi, seorang pelacur berumur +/- 60 th, menerima pelanggannya yang rata-rata kelas 3 SD sampai SMP dengan bayaran Rp. 1.000,00. SUNGGUH MENGERIKAN !!!

Apakah ini tidak menjadi kekhwatiran kita semua ?

Belum lagi keluhan orang tua, yang merasakan kedictatoran guru ketika mengoreksi hasil ulangan siswa, karena para guru tidak menerima jawaban di luar kunci. Kreatifitas anak terpasung. Kemampuan penyerapan bahasa sesuai umur mereka tidak dipertimbangkan.

Masih ada lagi keanehan-keanehan yang lain, seperti misalnya menurut psikologi pendidikan, bukankah usia anak kelas 1 – 2 masih dalam tahap belajar membaca dan berhitung sederhana. Tetapi dengan kurikulum yang sekarang ini mereka dipaksa memahami perkalian. Sungguh luar biasa pendidikan kita ini.

Di sisi kesehatan, amatilah tas sekolah anak SD yang beratnya mungkin melampaui berat badan mereka karena diharuskan membawa buku pelajaran dari buku cetak, buku tugas, buku ulangan dan buku PR dikalkan jumlah pelajaran hari itu. Dimanakah nurani pendidik dan institusi pendidikan ?

Masih banyak lagi hal-hal yang tidak pas dengan kurikulum saat ini.

Saya tidak tahu lagi, kemana saya harus berteriak memohon, menangis dan menghiba melihat anak saya dan juga anak-anak diseluruh dunia tertekan - tidak bahagia di usia emasnya.

Akhirnya melalui surat terbuka ini, saya mohon kepada Menteri Pendidikan Indonesia beserta jajarannya, agar tidak tergesa – gesa merumuskan kurikulum Indonesia. Siapkan materi, SDM dan perangkat-perangkat lainnya, uji sebelum diterapkan dan janganlah kurikulum seperti obyek percobaan.

Semoga Indonesia semakin cerdas di masa mendatang.

Meitasari – Seorang ibu yang tinggal di Semarang

24 Februari 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun