Mohon tunggu...
Mangapul Sagala
Mangapul Sagala Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen

Alumnus Fakultas Teknik UI Doctor Theology dari Trinity Theological College, Singapore, Cambrige, Roma.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tujuh Sabda Tuhan Yesus di Kayu Salib

30 Maret 2018   22:39 Diperbarui: 30 Maret 2018   22:45 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dia selalu siap menerima kita, bahkan memberikan kepastian  keselamatan sebagaimana dialami oleh penjahat yang disalibkan tsb. 

 Selain itu, kita juga dapat belajar dari teladanNya yang sempurna.  Teladan untuk mengampuni orang-orang yang di sekitar kita, termasuk yang  menurut kita tidak layak untuk diampuni. Sekalipun hal ini sulit, dan  mungkin berkali-kali kita gagal melakukannya. Namun kita bersyukur,  teladan Yesus tersebut dapat mengilhami kita sepanjang umur kita.

 Selanjutnya, dalam pergumulan hidup yang sedemikian sulit bahkan terasa  tidak sanggup diatasi, Tuhan Yesus memberi teladan sempurna: yaitu  berdoa.
Kita mengamati bahwa dari tujuh ucapan Yesus di kayu salib,  tiga kali Dia berdoa (ucapan ke-1, ke-4 dan ke-7). Kita amati bahwa  ketika seluruh dunia meninggalkanNya, termasuk semua orang yang  mengalami mukjizatNya, bahkan rasul-rasulNya (kecuali Yohanes), Dia  tetap dapat bertahan dengan kekuatan Doa. Betapa bermaknanya teladan  Yesus di kayu salib tsb. Dalam kondisi paling buruk, Dia berseru, "Ya  Bapa...", relasiNya dengan Bapa surgawi begitu melekat, erat, tidak ada  yang sanggup meruntuhkanNya. 

 Seorang rekan,  alumnus senior  suatu ketika menjelaskan bahwa  dia sudah berkali-kali mau 'tenggelam'  dalam perjalanan imannya. Sungguh tidak kuat mendayung sampai ketepi.  Godaan dan tekanan sedemikian besar, baik dari pekerjaan, demikian juga  kesulitan dalam keluarga, termasuk masalah keuangan. Namun sungguh  bersyukur, jika melihat ke belakang, ketika merasa tidak sanggup, saya  dan istri bersujud, berserah kepada Bapa di dalam doa.
Terbukti, Allah dapat diandalkan. Doa menjadi 'pelarian' yang terbaik. 

 Kiranya kita semua, terutama yang sedang bergumul berat beroleh  inspirasi dari teladan Yesus tsb. Bersama Dia, kita pasti menang, karena  Dia telah menyelesaikan semua musuh yang dapat menghancurkan kita  (ucapan ke-6). 

 Selamat  merenungkan Jumat Agung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun