Serangan hama ulat grayak baru yang bernama Fall Armyworm (FAW) sedang menjadi wabah serius di berbagai negara produsen jagung. Meski belum masuk ke Indonesia namun hama ini tetap harus diwaspadai karena hama ini sudah mulai mewabah di Negara-negara tetangga seperti Thailand, Myanmar dan Philipina.Â
Pakar Hama dan Penyakit Tumbuhan dari IPB, Dr. Idham Sakti Harahap  yang dikutip dari detik.com mengatakan bahwa jika hama ini tidak diantisipasi sejak dini, tinggal selangkah lagi dari negara tetangga ke Indonesia melalui Sulawesi.Â
Hal ini berbahaya karena dapat mengancam produksi jagung nasional. Perlu diketahui, hama ulat FAW ini tidak hanya menyerang pada jagung, namun juga dapat menyerang tanaman kedelai dan bahkan tanaman padi.
FAW pertama kali terdeteksi di Afrika Tengah dan Barat pada awal 2016. Pada Januari 2019, telah terdeteksi di wilayah Bangladesh, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Cina. Menindaklanjuti pencegahan penyebaran ulat FAW ini, FAO sebagai badan dunia yang menangani masalah pangan menggelar consultative meeting di Bangkok, Thailand.
Langkah antisipasi pencegahan dan deteksi perlu dilakukan melalui jaringan medsos, website, penyebaran leaflet/buku saku danTOT pengenalan dan metode deteksi dini bagi petugas OPT disetiap daerah sentra jagung di Indonesia serta pengetatan pengwasan benih tanaman pangan yang masuk ke Indonesia. Diharapkan kepada para penyuluh pertanian ataupun petugas OPT untuk melakukan sosialisasi bagi para petani terhadap ciri-ciri ulat spodoptera frugiperda ini.
Sedangkan untuk penganganan apabila hama ulat FAW sudah menyerang, bisa dilakukan eradikasi yakni pemusnahan terhadap tanaman yang terdeteksi terkena hama. Deteksi dini FAW dapat dilakukan secara efisien menggunakan perangkap feromon. Kontrol pemerintah dalam manajemen pertanian sangat diperlukan untuk dapat mengelola FAW ini secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H