Perubahan ekonomi global sangat berdampak pada negara kita Indonesia. Banyak sekali ibu-ibu menampik masalah ini "Bawa uang segepok ke pasar rasanya tidak cukup padahal kebutuhan keluarga sehari-hari harus dipenuhi, rupiah anjlok karena dolar melambung tinggi apa-apa serba mahal". Belakangan sering terdengar masyarakat mengeluh sana-sini.
Benar adanya sebagian besar penduduk Indonesia berstatus ekonomi menengah ke bawah. Kenaikan rate dolar memang masalah besar bagi masyarakat. Terutama anjloknya nilai rupiah yang membuat ekonomi global dilihat semakin menggejolak. Dikalangan ibu-ibu memang tidak tahu betul perhitungan kenaikan dolar, yang pasti mendekati Rp. 15.000 per dolar Amerika. Kalaupun naik turun paling sedikit selisihnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dagang antara Amerika-China, Amerika-Eropa, serta Turki ditambah pula dengan kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh Amerika dan naiknya suku bunga The Fed sudah menyebabkan gelombang tekanan kuat yang berdampak pada depresiasi mata uang di berbagai negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia, Turki, Venezuela, Brazil, Argentina, Meksiko Iran, dan Rusia.
Tentu pemerintah tidak memandang sebelah mata akan masalah ini segala daya dan upaya pun akan dilakukan untuk menenangkan masyarakat. Terutama mengendalikan rupiah kita sampai ke titik normal. Yang paling utama saat ini kita harus tetap mendukung apapun kebijakan terbaik bagi negara. Tidak perlu bersungut-sungut biarkan pemerintah yang turun tangan
Bapak Iskandar Simorangkir dengan menjabarkan informasi serta data yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya cukup aman. Beliau mengatakan cukup rasional apabila pertumbuhan ekonomi sedang tinggi maka nilai impor kita juga tinggi dan itu wajar, cuma dikarenakan ada faktor global terjadilah kondisi rupiah saat ini.
Bapak Iskandar mengatakan bahwa masyarakat kita terlalu konsumtif terhadap informasi tidak valid. Terutama para awak media menyajikan informasi yang membuat panik dan sangat diharapkan agar memaparkan data yang meyakinkan masyarakat bahwa Indonesia masih mempunyai fundamental yang masih solid.
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tentu tidak akan membuat masyarakat dan pasar resah. Bagaimanapun Indonesia tetap membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Apalagi di dalam ketidakpastian global ekonomi tentu pemerintah tidak sembarangan mengeluarkan kebijakan yang mengakibatkan investor khawatir pada perdagangan negara kita.
Pemerintah telah mengurangi tekanan Defisit Transaksi Berjalan dengan mendorong aliran modal masuk (capital inflow), salah satunya melalui Bank Indonesia dengan memberikan fasilitas swap atau lindung nilai bagi pelaku usaha baik eksportir maupun importir. Selain itu, Bank Indonesia tengah menyiapkan mekanisme untuk mendorong konversi DHE (Dana Hasil Ekspor).