Mohon tunggu...
Tika Samosir
Tika Samosir Mohon Tunggu... IT Konsultan - Menulis Dari Hati

Supel, Ramah, Sopan, Pemurah...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Upaya Pemerintah Kendalikan Rupiah Mengajak Masyarakat "Bersatu untuk Rupiah"

11 September 2018   23:35 Diperbarui: 11 September 2018   23:50 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan ekonomi global sangat berdampak pada negara kita Indonesia. Banyak sekali ibu-ibu menampik masalah ini "Bawa uang segepok ke pasar rasanya tidak cukup padahal kebutuhan keluarga sehari-hari harus dipenuhi, rupiah anjlok karena dolar melambung tinggi apa-apa serba mahal". Belakangan sering terdengar masyarakat mengeluh sana-sini.

Benar adanya sebagian besar penduduk Indonesia berstatus ekonomi menengah ke bawah. Kenaikan rate dolar memang masalah besar bagi masyarakat. Terutama anjloknya nilai rupiah yang membuat ekonomi global dilihat semakin menggejolak. Dikalangan ibu-ibu memang tidak tahu betul perhitungan kenaikan dolar, yang pasti mendekati Rp. 15.000 per dolar Amerika. Kalaupun naik turun paling sedikit selisihnya.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dagang antara Amerika-China, Amerika-Eropa, serta Turki ditambah pula dengan kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh Amerika dan naiknya suku bunga The Fed sudah menyebabkan gelombang tekanan kuat yang berdampak pada depresiasi mata uang di berbagai negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia, Turki, Venezuela, Brazil, Argentina, Meksiko Iran, dan Rusia.

dokpri
dokpri
Senin 10 September 2018 Forum Merdeka Barat 9 di Ruang Serbaguna Menkominfo mengadakan diskusi bertajuk "Bersatu Untuk Rupiah" yang mendatangkan narasumber dari berbagai Lembaga Pemerintahan, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir, Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan Sekar Putih Djarot, Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara Kemenkeu RI Robert Leonard Marbun dan Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdy.

Tentu pemerintah tidak memandang sebelah mata akan masalah ini segala daya dan upaya pun akan dilakukan untuk menenangkan masyarakat. Terutama mengendalikan rupiah kita sampai ke titik normal. Yang paling utama saat ini kita harus tetap mendukung apapun kebijakan terbaik bagi negara. Tidak perlu bersungut-sungut biarkan pemerintah yang turun tangan

Bapak Iskandar Simorangkir dengan menjabarkan informasi serta data yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya cukup aman. Beliau mengatakan cukup rasional apabila pertumbuhan ekonomi sedang tinggi maka nilai impor kita juga tinggi dan itu wajar, cuma dikarenakan ada faktor global terjadilah kondisi rupiah saat ini.

Iskandar Simorangkir Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian (kedua dari kiri)
Iskandar Simorangkir Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian (kedua dari kiri)
Penjabaran tersebut dibuktikan dengan data yang membandingkan kondisi ekonomi Indonesia dan beberapa negara berkembang yang mengalami depresiasi mata uang seperti Argentina, Venezuela, dan Turki. 

Bapak Iskandar mengatakan bahwa masyarakat kita terlalu konsumtif terhadap informasi tidak valid. Terutama para awak media menyajikan informasi yang membuat panik dan sangat diharapkan agar memaparkan data yang meyakinkan masyarakat bahwa Indonesia masih mempunyai fundamental yang masih solid.

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tentu tidak akan membuat masyarakat dan pasar resah. Bagaimanapun Indonesia tetap membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Apalagi di dalam ketidakpastian global ekonomi tentu pemerintah tidak sembarangan mengeluarkan kebijakan yang mengakibatkan investor khawatir pada perdagangan negara kita.

Pemerintah telah mengurangi tekanan Defisit Transaksi Berjalan dengan mendorong aliran modal masuk (capital inflow), salah satunya melalui Bank Indonesia dengan memberikan fasilitas swap atau lindung nilai bagi pelaku usaha baik eksportir maupun importir. Selain itu, Bank Indonesia tengah menyiapkan mekanisme untuk mendorong konversi DHE (Dana Hasil Ekspor).

Doddy Zulverdy selaku Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (kedua dari kanan), presidenri.go.id
Doddy Zulverdy selaku Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (kedua dari kanan), presidenri.go.id
Tentu situasi ini memang betul disebabkan oleh ekonomi dunia yang bertumbuhnya berat sebelah. Bapak Doddy Zulverdy menyampaikan beberapa tindakan yang sudah dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menangani situasi ekonomi seperti sekarang. Ada 3 tindakan yang sudah dilakukan Bank Indonesia sebagai Bank Central, Pertama yaitu adanya intervensi ganda di pasar valas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun