Mohon tunggu...
Qinimain Zain
Qinimain Zain Mohon Tunggu... profesional -

Scientist & Strategist (QPlus Management Strategies - Consultant)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masalah (Kedaluwarsa Efesiensi Otak) Indonesia

26 Juni 2016   16:38 Diperbarui: 27 Juni 2016   02:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Science Valley 76: (Kedaluwarsa Efesiensi Pikiran Otak) Indonesia

Lalu, apa masalah (kedaluwarsa efesiensi pikiran otak) Indonesia (dan dunia)?

JIKA Anda tidak bisa menjelaskan secara sederhana, Anda tidak memahaminya dengan baik (Albert Einstein).

FEELING IS BELIEVING. Usia manusia terbatas, tetapi sangat banyak dilakukan dalam hidup nampak sia-sia. Jika segala sesuatu yang rumit dapat disederhanakan atau dilakukan dengan benar meski pertama kali, maka betapa banyak dan berarti apa yang dilakukan dalam waktu hidup yang relatif singkat. Semakin segala sesuatu yang dilakukan dapat dihemat atau diefesienkan, dipastikan kehidupan menjadi lebih baik.

Kali ini, membahas buku EFESIENSI KERJA BAGI PEMBANGUNAN NEGARA (The Liang Gie, 1981), dibandingkan dengan (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru Milenium III, yang berpatokan pada syarat keteraturan atau sistem ilmiah ilmu TQZ Scientific System of Science,dibahas hanya beberapa hal. Sekali lagi, bukan berarti hanya masalah itu saja yang harus diperbaiki atau ditulis ulang.

Mari mulai membahas buku EFESIENSI KERJA BAGI PEMBANGUNAN NEGARA (The Liang Gie, 1981).

Paradigma Lama: 1 PENGHEMATAN GERAK DALAM PEKERJAAN (Hal 1-20).

“Dalam masyarakat di mana tenaga kerja mudah diperoleh dan sangat murah, umumnya terdapat kecenderungan orang bekerja dengan membuang tenaga yang berlebih-lebihan. Orang bekerja asal tampak sibuk saja tanpa memikirkan bahwa hasil yang sama dapat juga tercapai dengan pengeluaran tenaga yang lebih kecil. Pengeluaran tenaga yang lebih kecil itu dapat diusahakan dengan menghapus gerak-gerak tangan dan tubuh yang tak perlu dalam pekerjaan atau mengatur gerak-gerak yang tepat untuk sesuatu pekerjaan (1-2).

Masalah penghematan gerak dalam dunia industri telah dipelajari secara ilmiah oleh para sarjana. Dipelopori oleh insinyur Amerika bernama Frank B. Gilberth beserta isterinya Lilian M. Gilberth ... sejak 1885...Gilberth memulai penelahannya dalam pekerjaan bangunan-bangunan sebagai tukang bata...Dari hasil penelaahannya tentang gerak, Gilberth berpendapat semua pekerjaan membutuhkan tenaga jasmani dapat dikembalikan kepada 17 gerak dasar yang dilakukan secara berulang-ulang (3-4).

Untuk memudahkan dalam penyebutan, gerak dasar itu oleh Gilberth diberi nama, yaitu “therblig”. Perkataan ini tidak lain daripada nama beliau dari sebelah belakang. Untuk tiap macam therblig itu diberi tanda simbol dan kode sehingga memudahkan dalam pemakaiannya untuk analisa sesuatu pekerjaan. Misalnya untuk therblig “Berjalan Dengan Muatan” simbolnya ialah semacam lukisan yang menggambarkan tangan dengan sesuatu ialah huruf TL (singkatan dari Tranport loaded) (7).

Selain membagi 17 therblig itu, Gilberth membedakan pada gerak tangan dalam 5 kelas. 1. Gerak jari-jari tangan. 2 Gerak jari-jari dan pergelangan tangan. Gerak jari-jari pergelangan tangan sampai siku. 4. Gerak jari-jari dan seluruh lengan (yaitu sampai pundak). 5. Gerak seluruh lengan berikut pundak dan tubuh (8).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun