Mohon tunggu...
Qinimain Zain
Qinimain Zain Mohon Tunggu... profesional -

Scientist & Strategist (QPlus Management Strategies - Consultant)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masalah (Kedaluwarsa: The Indonesia Way) Indonesia

6 Mei 2016   17:38 Diperbarui: 14 Juni 2016   03:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Science Valley 74: (Kedaluwarsa: The Indonesia Way) Indonesia

Lalu, apa masalah (kedaluwarsa: the Indonesia way) Indonesia (dan dunia)?

KONSEP Ratu Adil itu bukanlah orang, melainkan sebuah sistem (Hamengkubowono X).

FEELING IS BELIEVING. Melahap banyak buku satu atau berbagai disiplin ilmu di pustaka dengan paradigma baru milenium III, sering menemukan kaitan yang menarik antar buku akan suatu masalah untuk dibahas. Tetapi, membahas seperti banyak buku cuma mengumpulkan referensi disajikan apa adanya akan semrawut bila tidak ada acuan tubuh ilmu (the body of science).

Indonesia menghadapi masalah besar korupsi, narkoba, dan kriminal lainnya, juga banjir, macet, rendahnya produktivitas di berbagai organisasi pemerintah dan swasta, dan sebagainya. Banyak seminar dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun juga banyak yang menganggap belum memuaskan. Ada baiknya berkaca pada apa yang dilakukan organisasi sukses.

Kali ini, membahas buku THE Disney Way (Bill Capodagli dan Lynn Jackson, 2005), dibandingkan dengan (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru Milenium III, yang berpatokan pada syarat keteraturan atau sistem ilmiah ilmu TQZ Scientific System of Science,dibahas hanya beberapa hal. Sekali lagi, bukan berarti hanya masalah itu saja yang harus diperbaiki atau ditulis ulang.

Mari mulai membahas buku THE Disney Way (Bill Capodagli dan Lynn Jackson, 2005).

Paradigma Lama: BAB SATU WALT’S WAY (Hal. 10-16). BAB DELAPAN LATIHAN, LATIHAN, LATIHAN (Hal. 147-167).

“Ini adalah kekuatan dari kiat Walt: Dream, Believe, Dare, Do. Anda juga dapat menanamkan kata-kata tersebut ke dalam kosakata bisnis Anda dengan mengikuti sepuluh keyakinan yang merupakan inti dari metodologi Disney:

Berikan kesempatan bagi setiap anggota pada organisasi Anda kesempatan untuk bermimpi, dan carilah kreativitas yang terkandung dalam mimpi-mimpi tersebut.

* Berpegang teguhlah pada keyakinan dan prinsip Anda.

* Perlakukan konsumen Anda sebagai Tamu.

* Dukung, berdayakan, dan berikan karyawan penghargaan.

* Jalin hubungan jangka panjang dengan pemasok dan perusahaan mitra kerja Anda.

* Berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan untuk menjalankan ide inovatif hingga membuahkan hasil.

* Melatih secara intensif dan secara konstan menanamkan budaya perusahaan.

* Selaraskan visi jangka panjang dengan pelaksanaan jangka pendek.

* Gunakan teknik stroryboarding untuk memecahkan masalah perencanaan dan komunikasi.

* Berikan perhatian yang cermat terhadap hal-hal kecil (Bill Capodagli dan Lynn Jackson, 2005: 14).

Para aktor, musisi, atlet, dan profesi lainnya yang harus beraksi di hadapan masyarakat, harus berlatih sebelum mereka tampil. Jika tidak, mereka mengambil resiko untuk mempermalukan diri mereka sendiri dan memunculkan rasa tidak senang dari para penonton (147)...Disney bahkan membangun sebuah “universitas” untuk melakukan pelatihan tersebut (148).

Perusahaan yang menerapkan pelatihan karyawan sebagai suatu investasi penting masa depan perusahaannya akan dengan segera melihat bahwa pendidikan yang berkelanjutan meningkatkan kemungkinan diperolehnya keberhasilan jangka panjang (Gambar 8-2). Habits – Skills – Attitude – Knowledge (154-155).

ParadigmaBaruMilenium III: Indonesia Way(Bahasan bandingan ringkasan BAB SATU WALT’S WAY. BAB DELAPAN LATIHAN, LATIHAN, LATIHAN (Bill Capodagli dan Lynn Jackson, 2005:10-16, 147-167).

Banyak perusahaan, konsultan atau penulis menulis khusus tentang sejarah kegagalan dan kesuksesan suatu organisasi perusahaan, seperti The Disney Way, The IBM Way, The Samsung Way, dan The Toyota Way, sekarang. Atau dengan judul tanpa kata “Way”, seperti Tantangan Jadi Peluang (Bondan Winarno, 1987), membahas PT Pembangunan Jaya, The Jack Welch Secrets (Stuart Crainer, 2009), membahas General Electric, atau Kompetisi Baru (Philip Kotler, Liam Fahey dan S. Jatusripitak, 1986), malah membahas negara Jepang. Bahasan ini menjadi penting, bila dikaitkan “Indonesia Way” agar unggul di masa depan di antara negara lain.

Mencermati “organization way”, menarik membandingkan The Disney Way dengan The Toyota Way dalam paradigma baru. Ini 14 Prinsip The Toyota Way dalam paradigma baru milenium III, TQZ The Toyota Way (2016):

TQO Prinsip 1:Dasarkan keputusan manajemen anda pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek.

TQCPrinsip 2: Buat alur proses yang kontinyu untuk mengangkat permasalahan ke permukaan. Prinsip 3: Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan. Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi. Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri untuk dapat benar-benar memahami situasi ( genchi genbutsu). Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.

TQSPrinsip 8: Gunakan hanya teknologi yang dapat dipercaya dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan proses. Prinsip 11: Hormati jaringan mitra dan pemasok dengan cara terus menantang mereka dan membantu mereka memperbaiki diri.

TQIPrinsip 4: Ratakan beban kerja (heijunka). (Bekerjalah seperti kura-kura, bukan seperti kelinci). Prinsip 13: Ambil keputusan secara perlahan-lahan dengan konsensus, seksama dalam mempertimbangkan semua pilihan; mengimplementasikan keputusan dengan cepat (nemawashi).

TQTPrinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali. Prinsip 9: Kembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa, yang bersedia mengikuti filosofi perusahaan Anda. Prinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan perbaikan yang berkesinambungan (kaizen).

Sekarang bandingkan dengan TQZ The Disney Way (2016), yang juga dalam paradigma baru:

  • T(otal) Q(uality) O(peration) Dare: Berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan untuk menjalankan ide inovatif hingga membuahkan hasil. Selaraskan visi jangka panjang dengan pelaksanaan jangka pendek.
  • TQC(ontrol) Ferfection. Gunakan teknik stroryboarding untuk memecahkan masalah perencanaan dan komunikasi. Berikan perhatian yang cermat terhadap hal-hal kecil.
  • TQS(ervice) Do: Perlakukan konsumen Anda sebagai Tamu. Jalin hubungan jangka panjang dengan pemasok dan perusahaan mitra kerja Anda.
  • TQI(nformation) Dream: Berikan kesempatan bagi setiap anggota pada organisasi Anda kesempatan untuk bermimpi, dan carilah kreativitas yang terkandung dalam mimpi-mimpi tersebut. Dukung, berdayakan, dan berikan karyawan penghargaan.
  • TQT(ouch) Believe: Berpegang teguhlah pada keyakinan dan prinsip Anda. Melatih secara intensif dan secara konstan menanamkan budaya perusahaan.

Disimpulkan, “organization way” The Disney Way dan The Toyota Way adalah serupa mengenai Opertation, Control, Service, Information dan Touch dalam bahasa berbeda. (Juga serupa dengan 10 Prinsip “The General Electric Way” dari Jack Welch, oleh Stuart Crainer, yang mungkin diulas lain kali).

Yang lain, dalam The Disney Way, ditekankan “Membuat Keunggulan Menjadi Suatu Kebiasaan”, dengan diagram Habits – Skills – Attitude – Knowledge. Dalam paradigma baru adalah TQZ Habits: yaitu TQO System, TQC Habits, TQS Skills, TQI Attitude, dan TQT Science. Artinya, untuk membenahi masalah apa pun, tetapkan aturan atau sistem (operasional prosedur) yang baik, lalu buat itu menjadi budaya kebiasaan. Ini yang dirasa masih kurang dalam program revolusi mental pemerintah. Untuk memiliki budaya unggul organisasi, perusahaan atau negara harus melakukan doktrin rekayasa sosial yang gencar.

Lantas apa The Indonesia Way? The Indonesia Way adalah Pancasila (tetapi perlu di(r)evolusi), dan karakter unggul serta cara rekayasa sosial sudah dibahas pada Science Valley 51: (Kedaluwarsa Pancasila) Indonesia: “Dalam paradigma baru, TQZ Pancasila – Route(s) (Diagram, 2000): TQO Kemanusiaan yang adil dan beradab, TQC Persatuan Indonesia, TQS Demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, TQI Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, TQT Ketuhanan Yang Maha Esa. Ada satu kata yang ditambah pada sila keempat, yaitu Demokrasi. Ada satu kata diganti, yaitu Keadilan menjadi Kesejahteraan pada sila kelima, karena kata adil sudah tercakup di sila kedua, selain penekanan tujuan utama sebuah negara adalah kesejahteraan rakyatnya.

Tambahan lain, dalam paradigma baru, untuk sesuatu yang baru urutan siklus TQZ dimulai dari TQI, TQT, TQO, TQC dan TQS. Maka, urutan sila TQZ Pancasila menurut sistem ilmiah ilmu paradigma baru adalah TQI Sila pertama, Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, TQT Sila kedua, Ketuhanan Yang Maha Esa, TQO Sila ketiga, Kemanusiaan yang adil dan beradab, TQC Sila keempat, Persatuan Indonesia, TQS Sila kelima, Demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Percuma bicara banyak tentang demokrasi tanpa persatuan. Percuma bicara banyak tentang persatuan tanpa keadilan. Percuma bicara banyak tentang keadilan tanpa kerukunan beragama. Percuma bicara banyak tentang kerukunan beragama tanpa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Percuma”.

Sedang untuk citra karakter unggul bangsa Indonesia yang ingin dibangun telah dirumuskan dalam bahasa sansekerta: “TQZ Indonesia Character – Path(s) (Diagram, 2000): TQO IN(ggil),Luhur. Berani (Hardware) – Bertanggungjawab (Software), TQC DO(lek),Berupaya. Hemat – Teliti, TQS NE(rbuka), Membuat terbuka. Santun – Jujur, TQI SI(gra), Segera. Pandai – Cerdik, TQT A(biyasa),Bijak. Teguh – Bijaksana. Dan, untuk rekayasa sosial memasyarakatkan TQZ Pancasila – Route(s) dan TQZ Indonesia Character – Path(s), perlu TQZ Communication Hipnotism– State(s) (Diagram, 2000): TQO Suggestion, TQC Repetition, TQS Concentration, TQI Imagination, dan TQT Determination, pada rakyat”.

Intinya, agar unggul suatu organisasi, perusahaan atau negara harus membangun karakter budaya unggul, dan budaya unggul hanya dapat dibangun dengan sistem ilmu. Sistem ilmu yang benar.

Jadi, jelas masalah (kedaluwarsa: The Indonesia Way) Indonesia (dan dunia)? Mari belajar, mengajar dan mengelola apa pun dengan sistem ilmiah ilmu dengan Paradigma Baru Milenium III yang dalam, jelas dan luas, agar lebih baik.

KITA adalah apa yang kita lakukan berulang kali... oleh karena itu, keunggulan bukanlah suatu tindakan tetapi kebiasaan (Aristoteles).

BAGAIMANAStrategi Anda?

Rujukan:Copyright ©Qinimain Zain

  • Bill Capodagli dan Lynn Jackson,THE Disney Way, 2005: 10-16, 147-167, Erlangga, Jakarta.
  • Qinimain Zain, Strategi (R)Evolusi Sistem Ilmu, Tablomagazine BISNIS No. 17/II/27 Februari – 12 Maret 2005: 10 (TQZ Scientific System of Science Diagram).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun