Salah satunya adalah mereka tahu kemana mereka harus melapor. Bahkan mereka tidak perlu datang langsung ke kantornya, cukup dengan menelfon, beberapa menit kemudian bantuan langsung datang. Masalahnya, mereka adalah negara maju. Mereka tidak pusing dengan urusan-urusan lainnya. Apalagi wilayahnya tidak seperti Indonesia yang berpulau-pulau dengan masyarakat yang beragam budaya. Â
Indonesia boleh mengambil solusi seperti negara lainnya, namun tidak sama persis. Perlu modifikasi yang matang dan harus disesuaikan dengan kondisi wilayahnya. Perempuan yang tinggal di daerah terpencil tidak bisa disamakan dengan perempuan yang tinggal di daerah semi kota atau kota. Karena itu, solusinya pun harus berbeda dan butuh waktu lama untuk bisa memetakannya secara baik.Â
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencanangkan program Three Ends yaitu mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, mengakhiri perdagangan orang, dan mengakhiri ketidakadilan terhadap akses ekonomi perempuan. Jika program tersebut hanya sekedar promosi atau sosialisasi dengan tokoh-tokoh daerah, rasanya sulit mangakhiri masalah ini. Mungkin KPPA berharap agar tokoh-tokoh daerah tersebut dapat mensosialisasikan kepada masyarakat setempat. Namun rasanya hal itu hanya formalitas belaka. Selanjutnya, tidak ada tindak lanjut dari mereka, dan yang mengalami kekerasan tetap saja ada. Memang perlu aksi nyata dari KPPA jika ingin program tersebut berjalan.Â
Saran untuk KPPPA
Sebagai lembaga pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, KPPPA memiliki wewenang dalam memberikan berbagai macam cara untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan. Namun, sebagai seorang perempuan saya pun ingin bersuara dengan memberikan sedikit masukan kepada KPPPA. Misalnya, KPPPA menerjunkan sejumlah peneliti ke masing-masing daerah untuk bertemu langsung dengan perempuan dan laki-laki yang ada disana. Mengajak mereka untuk berdiskusi langsung seputar kekerasan dan membuat solusi bersama. Meskipun perempuan dan anak yang menjadi korban, laki-laki yang seringkali menjadi pelaku juga perlu diberikan sosialisasi bahkan perlindungan.Â
Rohayati
20 Desember 2016
facebook: Rohayati
twitter: Rohayati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H