Mohon tunggu...
Rohayati Aya
Rohayati Aya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer/A wife/A mother

S.KPm, IPB 2012 M.Si, IPB 2017 Pernah bekerja di lembaga pendidikan tinggi dan kementerian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Orang Miskin Tidak Berhak untuk Bermimpi

22 November 2016   07:35 Diperbarui: 22 November 2016   14:27 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam harinya Appu menemui si anak pintar. Dan ia baru tahu jika si anak pintar itu ternyata memiliki keadaan yang sama dengan dirinya, yaitu hidup dalam kemiskinan. Si anak pintar itu pun meninggalkan pekerjaannya di bengkel untuk menemani Appu ke suatu tempat. 

Di tempat itu ia menunjukkan Chanda yang tengah bekerja di salah satu kedai makanan. Saat itu Chanda tengah mencuci perkakas kedai. Appu yang melihat dari kejauhan hanya bisa terdiam dan sedih melihat ibunya harus bekerja di tempat seperti itu. 

Si anak pintar menjelaskan, salah satu impian terbesar Chanda adalah Appu. Karena itu, sebaiknya Appu jangan menyia-nyiakan harapan ibunya. 

Sepulangnya dari tempat itu, Appu menangis dan lansung mendekap ibunya yang baru pulang bekerja. Ia pun meminta maaf atas kesalahannya dan ia berjanji akan selalu serius dalam belajar. 

Chanda berkata kepada Appu, seperti ini kira-kira "gagal itu biasa, namun jangan sampai kegagalan itu menghancurkan mimpimu. Ketika kamu punya mimpi maka genggamlah mimpimu seerat mungkin. Meski dalam perjalanannya kamu akan menemui orang-orang yang bisa menggagalkan mimpimu. Di satu sisi kamu juga akan bertemu dengan orang-orang yang paham dengan mimpimu. Dekatilah orang-orang yang paham dengan mimpimu, karena mereka tahu jalan mana yang harus kamu tempuh"

Appu dewasa berhasil menempuh ujian UPSC, salah satu ujian sebagai syarat menjadi seorang kolektor. Menjadi seorang kolektor adalah impian ibunya, karena saat itu ia tidak sengaja bertemu dengan seorang kolektor yang baik hati. Paham dengan Appu yang tidak tahu menjadi apa, Chanda mengarahkan mimpi Appu. Setidaknya ia memiliki pandangan yang lebih baik dibanding ibunya yang hanya seorang buruh dan asisten rumah tangga. 

Film ini mendapatkan penilaian 8.5 dari IMDb. Dan tentu saja film ini ditujukan untuk semua Ibu di seluruh dunia. 

"Makhluk Tuhan yang paling baik diciptakan adalah Ibu"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun