Mohon tunggu...
Rohayati Aya
Rohayati Aya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer/A wife/A mother

S.KPm, IPB 2012 M.Si, IPB 2017 Pernah bekerja di lembaga pendidikan tinggi dan kementerian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Orang Miskin Tidak Berhak untuk Bermimpi

22 November 2016   07:35 Diperbarui: 22 November 2016   14:27 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari: http://www.bollywoodmdb.com/movies/large/nil-battey-sannata/16136/27437

Melihat kelakuan Appu yang malas belajar, Chanda tidak yakin jika Appu dapat meraih nilai 50. Chanda kembali berkonsultasi dengan Oma, ia khawatir jika kedepannya Appu benar-benar menjadi pembantu. Chanda pun berandai, seandainya saja dirinya dapat mengajari Appu di pelajaran matematika. Mendengar itu, Oma pun memiliki ide untuk menyekolahkan Chanda di tempat Appu sekolah. Oma beranggapan bahwa, jika Chanda tidak mampu mengajarinya setidaknya mampu menjadi panutan untuknya. 

Awalnya ide Oma tidak diresponon oleh Chanda. Namun melihat Appu yang tidak memiliki semangat belajar, akhirnya tawaran Oma pun diterima. 

Meskipun hal itu tidak disetujui oleh Appu, namun Chanda tetap memberanikan diri untuk masuk sekolah Appu. Di sekolah, mereka berdua tidak saling sapa. Bahkan selain kepala sekolah tidak ada yang tahu jika Appu adalah putri semata wayang Chanda. 

Sumber dari: http://www.bollywoodmdb.com/movies/large/nil-battey-sannata/16136/27437
Sumber dari: http://www.bollywoodmdb.com/movies/large/nil-battey-sannata/16136/27437
Beruntung, Chanda duduk sebangku dengan anak terpintar di kelas dan duduk di depan. Berbeda dengan Appu yang duduk di bangku paling belakang bersama anak yang sepadan dengan Appu. 

Kini, kegiatan Chanda tidak hanya bekerja namun juga belajar sambil mengawasi anaknya. Hari-hari telah berlalu dan Chanda menunjukkan prestasi yang baik di kelas. Hal itu tentu membuat Appu cemburu dan dia pun melakukan perlawanan dengan belajar sungguh-sungguh serta mendekati anak terpintar di kelas. 

Usaha itu akhirnya membuahkan hasil, Appu berhasil mendapatkan nilai diatas 50. Namun hal itu justru membuat dirinya makin menjauh dari ibunya. Bahkan ia berkata bahwa menjauh dari ibunya menjadikan dia dapat belajar sungguh-sungguh. 

Ibu mana yang tak sedih mendengar perkataan seperti itu dari anaknya sendiri. Namun, Chanda adalah ibu yang kuat. Dia justru tetap pergi ke sekolah agar anaknya tetap belajar dengan sungguh-sungguh. 

Meski hatinya masih sedih, Chanda tetap berusaha untuk berkomunikasi dengan anaknya. Namun, Appu justru memberi respon yang berbeda. Ia malah mencuri tabungan ibunya dan menghabiskannya untuk foya-foya. 

Mengetahui itu Chanda sangat marah, itu artinya ia harus menabung dari nol lagi. Bukannya bersimpati, Appu malah melawan perkataan ibunya dengan berdalih untuk apa ibunya menabung karena pada kenyataannya orang miskin tidak bisa bermimpi untuk menjadi sukses. 

Chanda hampir putus asa, namun ia tak mau kalah dengan anaknya. Ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Pagi, siang, dan malam ia gunakan semua waktunya untuk bekerja agar bisa mengumpulkan uang untuk anaknya. Bahkan dalam keadaan sakitpun ia tetap bekerja. 

Di sekolah, Appu tidak seceria biasanya. Teman-temannya pun heran dengan perubahannya. Si anak terpintar di kelas mencoba untuk menanyakan perubahan Appu. Namun, Appu tidak ingin diganggu dan tidak ingin dicampuri urusannya. Si anak pintar itu pun menceritakan bahwa sebenarnya ia tahu bahwa Chanda adalah Ibu dari Appu. Ia juga tahu kenapa Chanda tidak masuk sekolah akhir-akhir ini. Si anak pintar itu mengajak Appu untuk bertemu di suatu tempat malam itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun