Aku titipkan malamku di " perempatan jalan "
Bersama kerumunan pemungut sampah yang mengadu nasibnya dengan binatang malam.
Sebab siang mereka telah di rebut para priyayi berpakaian putih.
Laluku pergi menyambangi " neraka. "
" Dalil-dalil ulama telah kugantungkan di pucuk pinus.
" Bersama mahzab yang berwarna-warni "
Bila kuperlu kugunakan gulungan kertas untuk meneropongnya
Atau kubulatkan kedua jariku tuk menerawangnya.
" Hah!
Dasar pria gila!
Ucap mereka pembela Tuhan.
" Tuhan?
" Dibela?
Ha ha ha ha ha...
" Siapa sih?
Olala...
Gagak hitam hinggap di jendela.
Sebagian hinggap di atap-atap rumah dan memenuhi ujung pintu.
Sebagian lagi mengitari langit sore dan menutupi pandanganku pada pelangi.
Tuhan.
Mereka membelamu.
Lucu gak ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H