Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terkapar

14 Juli 2012   14:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ibu
aku terkapar
tapi tubuhku tak menggelepar
hanya aksaraku
bukan pesanku

kemarin malam aku telah menuliskanya, cukup beberapa patah kata yang mudah dicerna isi kepala. tapi fakta menyudutkanku di ruang hitam jakarta. padahal aku tak meliriknya sedikitpun.

pagi harinya aku terkapar, tapi aku belum mati ibu. mereka menikamku membabi buta, tapi syukurlah, sang raja diraja masih ungkapkan cintanya padaku. akupun masih berdiri, walau hanyut di kepalaku tak kunjung pergi.

ibu.
salahkah aku yang ingin membelas jasamu. walau hanya lewat sebuah pesan, untuk anak-anakmu ibu, dan yang pasti demi keutuhanmu.

ibu.
biarlah aku di sini, di ruang gelap dan bisu. sebab aku malu dengan wajahku, tapi aku masih di sampingmu. menemanimu dan menanti jenderalku.

~¤~
istana kaki lima 140712
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun