Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Api Dalam Kopi

22 Juni 2012   15:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kasur empuk di musim hujan
bawakan bantal guling di pembaringan
hangatkan pori gemukan daki
malas menjadikan iblis unjuk gigi

jendela kusam tirai bersulam
tertutup rapat dalam kelam
duri mengacung di tumpukan sekam
mengincar mulus di kedinginan malam

buat apa kupegang sapu tangan
sebab selimut telah membuatku kehilangan
percuma kubuat kelopak mata sembab
bila tanya tak kunjung terjawab

ambilkan lilin dan korek api padaku
biar kubakar dadaku
sebab tangis telah menjadikanku budak
sampai jiwaku lelah teriak

nyalakan api itu untuku
biar terbakar belukar di benaku
dan ambilkan pisau dalam sarungmu
aku ingin mencabik-cabik lemahku

nyalakan api itu untuku
agar kopi tetap nikmat tuk minumanku
saat perjamuan hela nafas
walau ratap semakin memelas

nyalakan api itu untuku
nyalakanlah
di sini
di dada ini

~¤~
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun