Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Metafora Dusta

23 September 2011   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi kumulai membuka mata, lalu kucoba lemparkan sapa pada mentari yang senyum ramah padaku.

kicau kepodang dan kutilang hampiri kedua daun telingaku, ingatkan aku akan dusta yang kan terlontar menyayat jiwa.

wajah-wajah yang ramah memenuhi pandangan mataku, aku masih sekedar menatap mereka di balik jendela. teringat lembaran rupiah yang telah siap tuk kujamah demi berjalanya roda kehidupan yang harus tetap berputar.

khayalku telah rebut hariku yang biru, ketika putih yang kupertahankan ternoda debu-debu jalanan, akupun menikmati dosa-dosa yang tersematkan bak setangkai mawar.

mengada-adakan yang tak ada telah membuatku lupa akan tiada tanpa nyawa. dusta telah bermetafora menjadi secangkir kopi pilihan yang bercampur susu dan potasium. meresap kejiwa dan menikam sukma.

ya gusti ya rabbi...

sujudku tuk sebuah ampunanmu, kembali pada kelurusan niatku yang terbelok-belok tiada menentu...

astaghfirulloh alazim.....
astaghfirulloh alazim.....

bimbinglah hamba agar tak lagi djolim

¤¤¤¤¤¤¤
bvb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun