Jatuhmu berderai.
Diatas atap dan basah.
Sebagianmu menyiram ranting, daun serta rerumputan.
Tiap tetesmu adalah titipan rindu.
Kau basah menghujam tanah.
Menebar aroma cinta dari si ibu renta.
Apakah Kita tahu, ibu tua penuh luka di perutnya?!
Gersang telah hilang.
Rintikmu telah basahi pengap.
Walau aroma siti jenar, isyaratkan kematian!
Tapi dingin masih teramat memacu ingin.
Hujan.
Rinaimu tak selalu tentang kehijauan.
Sebab basah tak selamanya cair.
¤¤¤¤¤
pinggir trotoar 18-11-11
boil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!