Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mati Suri

12 Juli 2011   04:41 Diperbarui: 6 Juli 2015   10:12 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

'' Dimana aku...??
'' Ohh, tidak...tempat apa ini...??
Aku semakin merasa takaruan rasa, ketika pemandangan di sekitarku begitu sangat asingnya. Seluruh pakaianku berwarna putih, dan aku mencoba terus mengamati seluruh tubuhku yang kurasa aneh dari biasanya.

'' Ya, Tuhan, tempat apa ini...??
'' Sungguh indah sekali, aku sedang berada dimana sekarang...??!!

Spontan air mataku tumpah membasahi pipiku, aku melihat pemandangan yang sangat luar biasa indahnya. Sungai-sungai mengalir dengan sangat jernih, dan beberapa orang dengan wajah elok senantiasa tersenyum ramah kepadaku, mereka semua berpakian putih bersih dan kemiluan.

Namun belum sempat aku melangkahkan kakiku menuju kesebuah kursi diatas permadani, tiba-tiba saja tubuhku telah berpindah tempat.

'' Ya Tuhan, tempat apalagi ini...??

Aku menyaksikan pemandangan yang membuat merinding seluruh badanku, aku hanya bisa terpaku menyaksikan kengerian di hadapanku.

Beberapa saat kemudian munculah sosok putih bercahaya di sampingku. Dia nampak tersenyum ramah kepadaku.

'' Lihatlah dia, kenapa lidahnya terus terjulur keluar dan kepalanya senantiasa membesar lalu pecah dan isinya terburai.

'' Dia dulu seorang yang diangkat sebagai ulama oleh masyarakat, namun dia telah menjual ayat-ayat suci, mereka golongan ulama yang mengharapkan pamrih dan senantiasa suka dengan sanjungan, suka memfitnah orang-orang yang dianggapnya berseberangan soal faham.

Kemudian sosok itu membawaku ketempat dimana aku menyaksikan pemandangan-pemandangan yang sangat mengerikan bagiku. Namun belum sempat aku bertanya-tanya kemana lagi aku akan di bawa setelah ini, tiba-tiba saja sosok itu mencegah langkahku.

'' Kembalilah, saatmu belum tiba.
'' Ini hanya sebuah pengalaman yang sangat berarti bagimu kelak setelah ajalmu benar-benar telah datang, dan sampaikanlah berita ini untuk sesamamu yang belum faham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun