Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyap...

17 Mei 2011   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepoy-sepoy bayu membelai, bersemilir diatas air, menyentuh dedaunan dan memeluk dahan yang turut bergoyang-goyang, awan berarak saling berkejaran membentuk sebuah lukisan diatas cakrawala.

'' Yeah...

Biarkan senyap membisikan sebuah rindu tentang kekasihku.

Mengembangkan kelopak-kelopak senyuman dari bunga-bunga mawar di taman hati, bersama kicau burung yang menyetubuhi fajar pagi.

Wajah-wajah cerah duduk bersila, matanya terpejam khusuk bercinta tanpa desah dan basah sperma.

'' Ahh...

Segarnya tirta membasuh kotoran-kotoran di musim kemarau, musim semi hampir tiba selepas hujan yang mengguyur relung sukma, setiap partikelnya menghadirkan satu malaikat kehidupan. Membersihkan sisa-sisa luka yang memborokan asa.

'' Ahh, yeah...

Neraka itu telah diusir pergi dari kepala oleh senyap yang pasrah, belaian sang bayu usir kesombonganku, dan kelemahanku di ditepi telaga tak lagi dahaga.

Suka
tamak
luka
haru
derita
cinta
riang gembira

Telah larut dalam seduhan kopi hitam di sepertiga yang senyap, dalam pelukan bulan dan disaksikan kerlip manja gemintang, hingga fajar melirik genit bersama embun dan dingin menyentuh tulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun