Sementara malam kian merayap, waktu sudah menunjukan pukul satu, cuaca sedikit mendung dengan sunyinya yang semakin menyelimuti seisi kampung yang berjarak lima puluh kilo meter dari kota. Mardi mulai menyusun rapi tusukan sate diatas tempat pembakaran. Nampak tercium aroma khas bumbu racikan ala Parjo. Tiba-tiba saja ada sesosok wanita dengan rambut tergerai menutupi wajahnya menghampiri Mardi. Lelaki itu sedikit memberanikan diri menatapnya dan menyapanya dengan ramah.
" Sa...sa..te..neng?
Wanita itupun hanya mengangguk pelan, Mardi mencoba mengambilkan lima tusuk sate yang sudah siap di makan, lelaki itupun nampak gemetar, jantungnya berdegub kencang ketika tanganya meraih bungkusan yang ia siapkan tuk calon pembelinya.
" Berapa bang...
" Se...sepuluh juta neng...
" Ini...bang...
Mardi segera memberikan bingkusan satenya dengan tangan yang bergetar hebat, ia mencoba mengatur sikapnya seraya menerima gualan uang yang tak tersusun rapi dari tangan sosok wanita itu...
" Kok gemetaran bang....
" I...iya neng...
" Ini uangnya bang...hi hi hi...
Lelaki itupun segera mengambilnya, kemudian ia segera menghitungnya.